Testimoni

0


Memasuki semester 7 ini saya memutuskan untuk mengambil mata kuliah Bimbingan dan Konseling sebagai mata kuliah pilihan. Saya mengambil mata kuliah ini karena sebelumnya saya belum pernah mengambil mata kuliah pilihan Pendidikan, berhubung saya memilih departemen pendidikan sebagai pilihan kedua seminar maka saya memutuskan untuk mengambil mata kuliah ini. Berharap saya bisa mendapatkan banyak pengetahuan dari mata kuliah ini berkaitan dengan bimbingan dan konseling di sekolah.
Seperti biasa, setiap mata kuliah menerapkan metode presentasi  dalam setiap pertemuan. Memang terkadang terasa membosankan dengan proses pembelajaran seperti ini, bagaimana tidak 6 semester telah dilalui di kampus ini dan semua mata kuliah menerapkan metode pembelajaran yang sama. Pada awalnya, presentasi memang menjadi hal menggugupkan karena kita dituntut untuk berbicara di depan kelas dengan menyampaikan materi pembelajaran kepada teman-teman. Semua mata tertuju padaku…pastinya bikin gugup juga.. Tapi setelah 6 semester berlalu, presentasi tidak lagi menjadi hal yang mencemaskan karena kita semakin terlatih dan terbiasa, namun sekarang terasa agak menjenuhkan. Mungkin itulah kenapa, ketika kuliah berlangsung, suasana kelas terkesan sangat pasif dan tidak semangat. Ditambah lagi, kuliah yang dilakukan pada jam sore menimbulkan banyak godaan, mulai dari mengantuk, capek, sehingga tak menutup kemungkinan hanya badan saja di ruangan kelas tapi pikiran sudah melalang buana kemana-mana..

Hal inilah yang menyebabkan Buk Dina,selaku pengampu mata kuliah, ikut-ikutan bingung melihat keadaan kelas seperti ini. Sejauh ini, ibu sudah berusaha keras untuk membangkitkan antusias kami dalam proses belajar di kelas, tapi sepertinya ibu masih kecewa sama kami…saya minta maaf kepada ibu, atas perlakuan dan sikap kami yang tidak berkenan dalam proses pembelajaran
. Saya sangat merasa senang dan antusias dengan metode pembelajaran  yang diciptakan oleh buk dina diantaranya dengan menghadirkan konselor sekolah, bernama kak ganda yang merupakan alumni fakultas psikologi USU juga. Kehadiran kak ganda membuka pikiran kami tentang kondisi bimbingan dan konseling di lapangan,  bahwa kenyataanya teori akan sangat berbeda dengan keadaan di lapangan. kehadiran kak ganda sempat memunculkan keinginan saya untuk menjadi seorang konselor nantinya…kemudian, buk dina juga mengajarkan kami belajar dengan metode online dimana kami  berkomunikasi via dunia maya dengan salah-seorang konselor yang melayani konseling online. Ini pengalaman baru buat saya. Menurut saya, ibu sangat kreatif dengan pembelajaran seperti ini. Selain itu, kami juga memiliki grup mata kuliah bimbingan dan konseling di facebook sehingga proses penyampaian informasi dari dosen menjadi lebih mudah.
Dalam mata kuliah ini, kami diberikan tugas individu yaitu membuat blog dan mengisinya dengan materi-materi pembelajaran. Ini merupakan pengalaman baru buat saya. Sebelumnya saya tidak pernah terpikir untuk memiliki blog, melalui mata kuliah ini saya mendapatkan pengetahuan dan pengalaman baru. Saya merasa senang dan tidak kewalahan ketika harus mengisi resume pembelajaran pada setiap pertemuan di blog. Selain itu, kami juga diberikan tugas observasi ke sekolah untuk melihat bagaiamana pelayanan bimbingan dan konseling yang ada di sekolah. Hasil yang kami dapatkan lumayan memuaskan, karena mengingat kami mengerjakannya dalam waktu yang sangat singkat. Memang sangat kurang baik, mengerjakan tugas secara terburu-buru. Kemudian, kami juga diberikan tugas membuat simulasi proses bimbingan dan konseling. Proses pembuatan video ini cukup melelahkan, kami mengerjakannya sampai malam karena seringnya melakukan kesalahan dalam percakapan. Sepertinya saya tidak bisa menjadi seorang aktris sinetron…hehe…Namun, sayangnya hasil video tersebut tidak memuaskan. Bahkan, buk dina tidak bisa mendengar percakapan dalam video tersebut L.
Pada saat ujian uts, kami diberikan kesempatan untuk ujian dengan sistem open book. Untung aja ujiannya open book, karena rasanya tidak sanggup harus menghapal di luar kepala semua teori dalam buku yang berhalaman kurang lebih 900 halaman..HHmmm…namun, walaupun begitu, Saya merasa hasil yang saya dapatkan kurang memuaskan,memang ketika ujian berlangsung saya kewalahan harus membaca teori dulu sebelum menjawab soal. Sehingga waktu terasa sangat singkat untuk mengerjakannya. Jadi, tidak semua teori bisa saya bahas berkaitan dengan kasus yang diberikan.
Kemudian, ketika ujian akhir semester, kami diperkenalkan lagi dengan sistem ujian online. Lagi..lagi..ini pengalaman baru buat saya. Ibu dina memberikan soal lewat blog satu persatu. Saya pun harus stand-by dengan blog dan menunggu soal dikirim buk dina. Namun, disini saya merasa sedikit kewalahan dengan sistem ujian yang seperti ini mengingat tidak menutup kemungkinan jaringan terkadang bermasalah dan ini bisa menghambat proses ujian. Karena setiap soal memiliki batas waktu pengerjaan. Selain itu, terkadang waktu saya tersita lebih banyak untuk menunggu soal ujian diberikan. Saya termasuk agak telat mendapatkan soal dibanding kawan-kawan yang lain karena tampilan komentar pada template blog saya berbeda dari yang biasanya sehingga buk dina tidak tahu dimana harus memberikan komentar, jadinya saya harus mengganti template dulu dan menunggu soal dikirimkan. Ketika teman-teman mengerjakan soak ke 2 saya baru mendapatkan soal yang pertama. Namun, walaupun begitu akhirnya saya bisa menyelesaikan ujian ini tepat pada waktunya. Dan semoga nilainya memuaskan,..Amiin.. J
Tanpa terasa satu semester telah saya lewati, dan materi-materi bimbingan dan konseling telah saya pelajari. Semoga ilmu  yang saya dapatkan bermanfaat untuk kedepannya. Kepada ibu Filia Dina Anggaraeni, selaku dosen pengampu mata kuliah, saya mengucapkan terima kasih banyak kepada ibuk atas usahanya membimbing saya dan memberikan banyak pengalaman baru kepada saya. Dan juga untuk teman-teman semua yang telah bekerja sama dengan saya dalam mengerjakan tugas-tugas selama satu semester ini. Saya juga meminta maaf kepada ibu jika selama proses pembelajaran ibu merasa kurang berkenan dengan sikap kami. Ibuk benar, banyak sekali kekurangan kami. Dan, kami sebagai calon sarjana sebaiknya bisa bersikap lebih baik lagi dan mampu mengaplikasikan ilmu yang didapat agar sukses nantinya..sekali lagi, terima kasih ibuk...;














Fase-fase dalam Proses Konseling di sekolah

1





Terdapat 5 fase dalam proses konseling, yaitu:
  1. Pembukaan.
Disini, proses konseling diawali dengan membangun hubungan antar pribadi, yang memungkinkan pembicaraa terbuka dan terarah dalam wawancara konseling. Konselor akan menyambut kedatangan konseli dengan sikap ramah, seperti berjabat tangan, mempersilahkan duduk. Lalu, konselor akan berusaha membuat konseli dapat menyesuaikan diri dengan keadaan di ruangan konseling.
  1. Penjelasan masalah.
Konseli mengemukakan hal-hal yang ingin dibicarakan dengan konselor, sambil mengutarakan sejumlah pikiran dan perasaan yang berkaitan dengan hal tersebut. Konseli bebas mengungkapkan inisiatifnya sendiri.
  1. Penggalian latar belakang masalah.
Fase ini disebut juga sebagai analisis kasus, dimana dibutuhkan penjelasan yang lebih mendetail dan mendalam. Dalam hal ini inisiatif akan bergeser ke pihak konselor, yang lebih mengetahui apa yang dibutuhkan supaya konseli dan konselor memperoleh gambaran yang menyeluruh.
  1. Penyelesaian masalah.
Konselor dan konseli membahas bagaimana persoalan dapat diatasi. Peran konselor dalam mencari penyelesaian permasalahan lebih besar, meskipun konseli juga ikut berpikir, memandang dan mempertimbangkan masalah yang ada. 
  1. Penutup.
Ketika konseli merasa sudah mantap tentang penyelesaian masalah yang ditemukan, maka proses konseling dapat diakhiri.

Perbedaan Pendekatan afektif, kognitif, dan behavioristik

0


1. Pendekatan afektif
  • Psikoanalisa (pelopor: Sigmund Freud), berusaha membantu individu untuk mengatasi ketegangan psikis yang bersumber pada perasaan cemas dan perasaan terancam yang berlebihan.
  • Psikologi Individual (pelopor: Alfred Adler) , fokus pada kebutuhan individu untuk menempatkan diri dalam kelompoka sosial.
  • Terapi Gestalt (pelopor: Frederick Perls), konselor membantu konseli untuk menghayati dirinya sendiri dalam situasi kehidupan dan menyadari halangan yang diciptakan sendiri serta meresapi makna pengalaman hidup.
  • Konselin Eksistensial, fokus pada kehidupan manusia yang mencakup kemampuan kesadaran diri, kebebasan untuk memilih dan menentukan nasib sendiri, memiliki tanggung jawab, usaha untuk menemukan makna hidup, dan kecenderungan untuk mengembangkan potensi diri.
2. Pendekatan Kognitif
  • Analisis Transaksional, menekankan pada pola interaksi antar individu baik verbal maupun nonverbal.Corak konseling ini paling bermanfaat dalam konseling kelompok.
  • Sistematika Carkhuff, menekankan pada proses konseling sebagai proses belajar, baik bagi konseli maupun konselor. Konseli akan belajar bagaimana cara mengatasi dan menghadapi suatu masalah dengan berpikir dan bertindak secara lebih konstruktif. 
3. Pendekatan behavioristik
  • Reality therapy, fokus pada perilaku individu pada saat ini, dengan menitikberatkan pada tanggung jawab yang dipikulnya sehingga menuntut individu untuk berperilaku sesuai dengan kenyataan yang dihadapi.
  • Multimodal Counseling, pendekatan ini memadukan berbagai unsur dari beberapa pendekatan yang tersedia sehingga terbentuk suatu sistematika yang baru.

Perbedaan teori-teori konseling

1

  1. Client-Centered Counseling, 
    Pelopor : Carl Rogers
   Kelebihan:
  • Pendekatan ini menekankan bahwa konseli dapat menentukan keberhasilan atau kegagalan proses konseling,
  • Konseli diberi kebebasan untuk merubah dirinya sendiri, 
  • Pentingnya hubungan antar pribadi dalam proses konseling, 
  • Pentingnya konsep diri, 
  • Konselor berperan untuk mengarahkan dan menunjukkan sikap penuh pemahaman dan penerimaan. 
   Kelemahan:
  • Terkadang konseli seolah-olah merasa tidak diarahkan dan merasa tidak adanya tujuan yang jelas dari proses konseling, apalagi jika tidak adanya pengarahan dan saran dari konselor.
  • Pendekatan ini dianggap terlalu terikat pada lingkungan kebudayaan Amerika Serikat, yang sangat menghargai kemandirian seseorang dan pengembangan potensi dalam kehidupan masyarakat.
  • Client-Centered Counseling yang beraliran ortodoks akan sulit diterapkan terhadap siswa dan mahasiswa dan jarang dilaksanakan dalam institusi pendidikan di Indonesia.
  2.  Trait factor counseling
     Pelopor: E.G Williamson.
 Kelebihan:
  • Pendekatan ini menekankan pada pemahaman diri melalui testing psikologi dan penerapan pemahaman itu dalam memecahkan beraneka masalah yang dihadapi.
  • Corak konseling ini paling sering diterapkan pada masalah berkaitan dengan pilihan bidang studi/bidang pekerjaan dalam institusi pendidikan.

Kelemahan:
  • Konseling ini tidak dapat mengungkap ciri-ciri kepribadian individu sehingga tidak diketahui seberapa besar kualifikasi kepribadian yang dituntut dalam suatu bidang pekerjaan.
  • Kurang mengindahkan adanya pengaruh perasaan, keinginan, nilai-nilai kehidupan, dan cita-cita hidup terhadap pilihan program studi.
  • kurang memperhatikan peran keluarga dekat, yang ikut mempengaruhi proses pilihan anak.
  • Kurang memperhatikan perubahan dalam kehidupan masyarakat yang ikut memperluas atau membatasi jumlah pilihan yang tersedia bagi seseorang.
  • Kurang menyadari bahwa kualifikasi yang dituntut suatu pekerjaan atau program studi dapat berubah di masa yang akan datang.
3. Konseling Behavioristik
    Pelopor: John D. Krumboltz
    Kelebihan :
  • Pendekatan ini menekankan bahwa proses konseling dipandang sebagai proses belajar yang akan menghasilkan perubahan perilaku konseli secara nyata.
  • Pendekatan ini menunjukkan fleksibilitas yang besar, karena tujuan konseling dan prosedur yang diikuti untuk sampai pada tujuan tersebut disesuaikan dengan kebutuhan konseli.
  • Pendekatan ini akan membantu individu untuk bisa membekali dirinya untuk mencegah timbulny persoalan kejiwaan.
Kelemahan:
  • Pendekatan ini tidak bermanfaat untuk kasus-kasus berkaitan dengan kehilangan makna dalam hidup. Dengan kata lain, konseling ini hanya menangani kasus berupa cara bertingkah laku yang salah/tidak sesuai.
4. Rational Emotive therapy
   Pelopor: Albert Ellis
  Kelebihan:
  • Pendekatan ini menekankan pada peranan berbagai tanggapan kognitif terhadap timbulnya suatu reaksi dalam bentuk perasaan.
Kelemahan:
  • Corak konseling ini sangat bermanfaat untuk diterapkan oleh konselor sekolah terhadap siswa remaja dan mahasiswa, yang mengalami reaksi perasaan negatif, menganggu suasana hati,seperti rasa cemas, gelisah, putus asa, tidak bergairah, dan tidak bersemangat.
5. Konseling Eklektik
 Pelopor: Frederick Thorne
Kelebihan:
  • Menerapkan/memadukan berbagai pendekatan, menggunakan variasi dalam prosedur dan teknik sehingga dapat melayani konseli sesuai dengan kebutuhannya dan sesuai dengan ciri khas masalah yang dihadapinya.
Kelemahan:
  • Konseli dapat merasa bingung bila konselor mengubah-ubah strateginya sesuai dengan kebutuhan konseli pada suatu waktu dalam proses konseling. 
  • Konselor bisa mengalami kesulitan dalam proses konseling karena kosenlor dituntut untuk mahir dalam menerapkan semua pendekatan yang ada.

17 Jan 2012

Testimoni


Memasuki semester 7 ini saya memutuskan untuk mengambil mata kuliah Bimbingan dan Konseling sebagai mata kuliah pilihan. Saya mengambil mata kuliah ini karena sebelumnya saya belum pernah mengambil mata kuliah pilihan Pendidikan, berhubung saya memilih departemen pendidikan sebagai pilihan kedua seminar maka saya memutuskan untuk mengambil mata kuliah ini. Berharap saya bisa mendapatkan banyak pengetahuan dari mata kuliah ini berkaitan dengan bimbingan dan konseling di sekolah.
Seperti biasa, setiap mata kuliah menerapkan metode presentasi  dalam setiap pertemuan. Memang terkadang terasa membosankan dengan proses pembelajaran seperti ini, bagaimana tidak 6 semester telah dilalui di kampus ini dan semua mata kuliah menerapkan metode pembelajaran yang sama. Pada awalnya, presentasi memang menjadi hal menggugupkan karena kita dituntut untuk berbicara di depan kelas dengan menyampaikan materi pembelajaran kepada teman-teman. Semua mata tertuju padaku…pastinya bikin gugup juga.. Tapi setelah 6 semester berlalu, presentasi tidak lagi menjadi hal yang mencemaskan karena kita semakin terlatih dan terbiasa, namun sekarang terasa agak menjenuhkan. Mungkin itulah kenapa, ketika kuliah berlangsung, suasana kelas terkesan sangat pasif dan tidak semangat. Ditambah lagi, kuliah yang dilakukan pada jam sore menimbulkan banyak godaan, mulai dari mengantuk, capek, sehingga tak menutup kemungkinan hanya badan saja di ruangan kelas tapi pikiran sudah melalang buana kemana-mana..

Hal inilah yang menyebabkan Buk Dina,selaku pengampu mata kuliah, ikut-ikutan bingung melihat keadaan kelas seperti ini. Sejauh ini, ibu sudah berusaha keras untuk membangkitkan antusias kami dalam proses belajar di kelas, tapi sepertinya ibu masih kecewa sama kami…saya minta maaf kepada ibu, atas perlakuan dan sikap kami yang tidak berkenan dalam proses pembelajaran
. Saya sangat merasa senang dan antusias dengan metode pembelajaran  yang diciptakan oleh buk dina diantaranya dengan menghadirkan konselor sekolah, bernama kak ganda yang merupakan alumni fakultas psikologi USU juga. Kehadiran kak ganda membuka pikiran kami tentang kondisi bimbingan dan konseling di lapangan,  bahwa kenyataanya teori akan sangat berbeda dengan keadaan di lapangan. kehadiran kak ganda sempat memunculkan keinginan saya untuk menjadi seorang konselor nantinya…kemudian, buk dina juga mengajarkan kami belajar dengan metode online dimana kami  berkomunikasi via dunia maya dengan salah-seorang konselor yang melayani konseling online. Ini pengalaman baru buat saya. Menurut saya, ibu sangat kreatif dengan pembelajaran seperti ini. Selain itu, kami juga memiliki grup mata kuliah bimbingan dan konseling di facebook sehingga proses penyampaian informasi dari dosen menjadi lebih mudah.
Dalam mata kuliah ini, kami diberikan tugas individu yaitu membuat blog dan mengisinya dengan materi-materi pembelajaran. Ini merupakan pengalaman baru buat saya. Sebelumnya saya tidak pernah terpikir untuk memiliki blog, melalui mata kuliah ini saya mendapatkan pengetahuan dan pengalaman baru. Saya merasa senang dan tidak kewalahan ketika harus mengisi resume pembelajaran pada setiap pertemuan di blog. Selain itu, kami juga diberikan tugas observasi ke sekolah untuk melihat bagaiamana pelayanan bimbingan dan konseling yang ada di sekolah. Hasil yang kami dapatkan lumayan memuaskan, karena mengingat kami mengerjakannya dalam waktu yang sangat singkat. Memang sangat kurang baik, mengerjakan tugas secara terburu-buru. Kemudian, kami juga diberikan tugas membuat simulasi proses bimbingan dan konseling. Proses pembuatan video ini cukup melelahkan, kami mengerjakannya sampai malam karena seringnya melakukan kesalahan dalam percakapan. Sepertinya saya tidak bisa menjadi seorang aktris sinetron…hehe…Namun, sayangnya hasil video tersebut tidak memuaskan. Bahkan, buk dina tidak bisa mendengar percakapan dalam video tersebut L.
Pada saat ujian uts, kami diberikan kesempatan untuk ujian dengan sistem open book. Untung aja ujiannya open book, karena rasanya tidak sanggup harus menghapal di luar kepala semua teori dalam buku yang berhalaman kurang lebih 900 halaman..HHmmm…namun, walaupun begitu, Saya merasa hasil yang saya dapatkan kurang memuaskan,memang ketika ujian berlangsung saya kewalahan harus membaca teori dulu sebelum menjawab soal. Sehingga waktu terasa sangat singkat untuk mengerjakannya. Jadi, tidak semua teori bisa saya bahas berkaitan dengan kasus yang diberikan.
Kemudian, ketika ujian akhir semester, kami diperkenalkan lagi dengan sistem ujian online. Lagi..lagi..ini pengalaman baru buat saya. Ibu dina memberikan soal lewat blog satu persatu. Saya pun harus stand-by dengan blog dan menunggu soal dikirim buk dina. Namun, disini saya merasa sedikit kewalahan dengan sistem ujian yang seperti ini mengingat tidak menutup kemungkinan jaringan terkadang bermasalah dan ini bisa menghambat proses ujian. Karena setiap soal memiliki batas waktu pengerjaan. Selain itu, terkadang waktu saya tersita lebih banyak untuk menunggu soal ujian diberikan. Saya termasuk agak telat mendapatkan soal dibanding kawan-kawan yang lain karena tampilan komentar pada template blog saya berbeda dari yang biasanya sehingga buk dina tidak tahu dimana harus memberikan komentar, jadinya saya harus mengganti template dulu dan menunggu soal dikirimkan. Ketika teman-teman mengerjakan soak ke 2 saya baru mendapatkan soal yang pertama. Namun, walaupun begitu akhirnya saya bisa menyelesaikan ujian ini tepat pada waktunya. Dan semoga nilainya memuaskan,..Amiin.. J
Tanpa terasa satu semester telah saya lewati, dan materi-materi bimbingan dan konseling telah saya pelajari. Semoga ilmu  yang saya dapatkan bermanfaat untuk kedepannya. Kepada ibu Filia Dina Anggaraeni, selaku dosen pengampu mata kuliah, saya mengucapkan terima kasih banyak kepada ibuk atas usahanya membimbing saya dan memberikan banyak pengalaman baru kepada saya. Dan juga untuk teman-teman semua yang telah bekerja sama dengan saya dalam mengerjakan tugas-tugas selama satu semester ini. Saya juga meminta maaf kepada ibu jika selama proses pembelajaran ibu merasa kurang berkenan dengan sikap kami. Ibuk benar, banyak sekali kekurangan kami. Dan, kami sebagai calon sarjana sebaiknya bisa bersikap lebih baik lagi dan mampu mengaplikasikan ilmu yang didapat agar sukses nantinya..sekali lagi, terima kasih ibuk...;














11 Jan 2012

Fase-fase dalam Proses Konseling di sekolah





Terdapat 5 fase dalam proses konseling, yaitu:
  1. Pembukaan.
Disini, proses konseling diawali dengan membangun hubungan antar pribadi, yang memungkinkan pembicaraa terbuka dan terarah dalam wawancara konseling. Konselor akan menyambut kedatangan konseli dengan sikap ramah, seperti berjabat tangan, mempersilahkan duduk. Lalu, konselor akan berusaha membuat konseli dapat menyesuaikan diri dengan keadaan di ruangan konseling.
  1. Penjelasan masalah.
Konseli mengemukakan hal-hal yang ingin dibicarakan dengan konselor, sambil mengutarakan sejumlah pikiran dan perasaan yang berkaitan dengan hal tersebut. Konseli bebas mengungkapkan inisiatifnya sendiri.
  1. Penggalian latar belakang masalah.
Fase ini disebut juga sebagai analisis kasus, dimana dibutuhkan penjelasan yang lebih mendetail dan mendalam. Dalam hal ini inisiatif akan bergeser ke pihak konselor, yang lebih mengetahui apa yang dibutuhkan supaya konseli dan konselor memperoleh gambaran yang menyeluruh.
  1. Penyelesaian masalah.
Konselor dan konseli membahas bagaimana persoalan dapat diatasi. Peran konselor dalam mencari penyelesaian permasalahan lebih besar, meskipun konseli juga ikut berpikir, memandang dan mempertimbangkan masalah yang ada. 
  1. Penutup.
Ketika konseli merasa sudah mantap tentang penyelesaian masalah yang ditemukan, maka proses konseling dapat diakhiri.

Perbedaan Pendekatan afektif, kognitif, dan behavioristik


1. Pendekatan afektif
  • Psikoanalisa (pelopor: Sigmund Freud), berusaha membantu individu untuk mengatasi ketegangan psikis yang bersumber pada perasaan cemas dan perasaan terancam yang berlebihan.
  • Psikologi Individual (pelopor: Alfred Adler) , fokus pada kebutuhan individu untuk menempatkan diri dalam kelompoka sosial.
  • Terapi Gestalt (pelopor: Frederick Perls), konselor membantu konseli untuk menghayati dirinya sendiri dalam situasi kehidupan dan menyadari halangan yang diciptakan sendiri serta meresapi makna pengalaman hidup.
  • Konselin Eksistensial, fokus pada kehidupan manusia yang mencakup kemampuan kesadaran diri, kebebasan untuk memilih dan menentukan nasib sendiri, memiliki tanggung jawab, usaha untuk menemukan makna hidup, dan kecenderungan untuk mengembangkan potensi diri.
2. Pendekatan Kognitif
  • Analisis Transaksional, menekankan pada pola interaksi antar individu baik verbal maupun nonverbal.Corak konseling ini paling bermanfaat dalam konseling kelompok.
  • Sistematika Carkhuff, menekankan pada proses konseling sebagai proses belajar, baik bagi konseli maupun konselor. Konseli akan belajar bagaimana cara mengatasi dan menghadapi suatu masalah dengan berpikir dan bertindak secara lebih konstruktif. 
3. Pendekatan behavioristik
  • Reality therapy, fokus pada perilaku individu pada saat ini, dengan menitikberatkan pada tanggung jawab yang dipikulnya sehingga menuntut individu untuk berperilaku sesuai dengan kenyataan yang dihadapi.
  • Multimodal Counseling, pendekatan ini memadukan berbagai unsur dari beberapa pendekatan yang tersedia sehingga terbentuk suatu sistematika yang baru.

Perbedaan teori-teori konseling

  1. Client-Centered Counseling, 
    Pelopor : Carl Rogers
   Kelebihan:
  • Pendekatan ini menekankan bahwa konseli dapat menentukan keberhasilan atau kegagalan proses konseling,
  • Konseli diberi kebebasan untuk merubah dirinya sendiri, 
  • Pentingnya hubungan antar pribadi dalam proses konseling, 
  • Pentingnya konsep diri, 
  • Konselor berperan untuk mengarahkan dan menunjukkan sikap penuh pemahaman dan penerimaan. 
   Kelemahan:
  • Terkadang konseli seolah-olah merasa tidak diarahkan dan merasa tidak adanya tujuan yang jelas dari proses konseling, apalagi jika tidak adanya pengarahan dan saran dari konselor.
  • Pendekatan ini dianggap terlalu terikat pada lingkungan kebudayaan Amerika Serikat, yang sangat menghargai kemandirian seseorang dan pengembangan potensi dalam kehidupan masyarakat.
  • Client-Centered Counseling yang beraliran ortodoks akan sulit diterapkan terhadap siswa dan mahasiswa dan jarang dilaksanakan dalam institusi pendidikan di Indonesia.
  2.  Trait factor counseling
     Pelopor: E.G Williamson.
 Kelebihan:
  • Pendekatan ini menekankan pada pemahaman diri melalui testing psikologi dan penerapan pemahaman itu dalam memecahkan beraneka masalah yang dihadapi.
  • Corak konseling ini paling sering diterapkan pada masalah berkaitan dengan pilihan bidang studi/bidang pekerjaan dalam institusi pendidikan.

Kelemahan:
  • Konseling ini tidak dapat mengungkap ciri-ciri kepribadian individu sehingga tidak diketahui seberapa besar kualifikasi kepribadian yang dituntut dalam suatu bidang pekerjaan.
  • Kurang mengindahkan adanya pengaruh perasaan, keinginan, nilai-nilai kehidupan, dan cita-cita hidup terhadap pilihan program studi.
  • kurang memperhatikan peran keluarga dekat, yang ikut mempengaruhi proses pilihan anak.
  • Kurang memperhatikan perubahan dalam kehidupan masyarakat yang ikut memperluas atau membatasi jumlah pilihan yang tersedia bagi seseorang.
  • Kurang menyadari bahwa kualifikasi yang dituntut suatu pekerjaan atau program studi dapat berubah di masa yang akan datang.
3. Konseling Behavioristik
    Pelopor: John D. Krumboltz
    Kelebihan :
  • Pendekatan ini menekankan bahwa proses konseling dipandang sebagai proses belajar yang akan menghasilkan perubahan perilaku konseli secara nyata.
  • Pendekatan ini menunjukkan fleksibilitas yang besar, karena tujuan konseling dan prosedur yang diikuti untuk sampai pada tujuan tersebut disesuaikan dengan kebutuhan konseli.
  • Pendekatan ini akan membantu individu untuk bisa membekali dirinya untuk mencegah timbulny persoalan kejiwaan.
Kelemahan:
  • Pendekatan ini tidak bermanfaat untuk kasus-kasus berkaitan dengan kehilangan makna dalam hidup. Dengan kata lain, konseling ini hanya menangani kasus berupa cara bertingkah laku yang salah/tidak sesuai.
4. Rational Emotive therapy
   Pelopor: Albert Ellis
  Kelebihan:
  • Pendekatan ini menekankan pada peranan berbagai tanggapan kognitif terhadap timbulnya suatu reaksi dalam bentuk perasaan.
Kelemahan:
  • Corak konseling ini sangat bermanfaat untuk diterapkan oleh konselor sekolah terhadap siswa remaja dan mahasiswa, yang mengalami reaksi perasaan negatif, menganggu suasana hati,seperti rasa cemas, gelisah, putus asa, tidak bergairah, dan tidak bersemangat.
5. Konseling Eklektik
 Pelopor: Frederick Thorne
Kelebihan:
  • Menerapkan/memadukan berbagai pendekatan, menggunakan variasi dalam prosedur dan teknik sehingga dapat melayani konseli sesuai dengan kebutuhannya dan sesuai dengan ciri khas masalah yang dihadapinya.
Kelemahan:
  • Konseli dapat merasa bingung bila konselor mengubah-ubah strateginya sesuai dengan kebutuhan konseli pada suatu waktu dalam proses konseling. 
  • Konselor bisa mengalami kesulitan dalam proses konseling karena kosenlor dituntut untuk mahir dalam menerapkan semua pendekatan yang ada.