Memasuki semester 7 ini saya memutuskan untuk mengambil mata kuliah Bimbingan dan Konseling sebagai mata kuliah pilihan. Saya mengambil mata kuliah ini karena sebelumnya saya belum pernah mengambil mata kuliah pilihan Pendidikan, berhubung saya memilih departemen pendidikan sebagai pilihan kedua seminar maka saya memutuskan untuk mengambil mata kuliah ini. Berharap saya bisa mendapatkan banyak pengetahuan dari mata kuliah ini berkaitan dengan bimbingan dan konseling di sekolah.
Seperti biasa, setiap mata kuliah menerapkan metode presentasi dalam setiap pertemuan. Memang terkadang terasa membosankan dengan proses pembelajaran seperti ini, bagaimana tidak 6 semester telah dilalui di kampus ini dan semua mata kuliah menerapkan metode pembelajaran yang sama. Pada awalnya, presentasi memang menjadi hal menggugupkan karena kita dituntut untuk berbicara di depan kelas dengan menyampaikan materi pembelajaran kepada teman-teman. Semua mata tertuju padaku…pastinya bikin gugup juga.. Tapi setelah 6 semester berlalu, presentasi tidak lagi menjadi hal yang mencemaskan karena kita semakin terlatih dan terbiasa, namun sekarang terasa agak menjenuhkan. Mungkin itulah kenapa, ketika kuliah berlangsung, suasana kelas terkesan sangat pasif dan tidak semangat. Ditambah lagi, kuliah yang dilakukan pada jam sore menimbulkan banyak godaan, mulai dari mengantuk, capek, sehingga tak menutup kemungkinan hanya badan saja di ruangan kelas tapi pikiran sudah melalang buana kemana-mana..
Hal inilah yang menyebabkan Buk Dina,selaku pengampu mata kuliah, ikut-ikutan bingung melihat keadaan kelas seperti ini. Sejauh ini, ibu sudah berusaha keras untuk membangkitkan antusias kami dalam proses belajar di kelas, tapi sepertinya ibu masih kecewa sama kami…saya minta maaf kepada ibu, atas perlakuan dan sikap kami yang tidak berkenan dalam proses pembelajaran . Saya sangat merasa senang dan antusias dengan metode pembelajaran yang diciptakan oleh buk dina diantaranya dengan menghadirkan konselor sekolah, bernama kak ganda yang merupakan alumni fakultas psikologi USU juga. Kehadiran kak ganda membuka pikiran kami tentang kondisi bimbingan dan konseling di lapangan, bahwa kenyataanya teori akan sangat berbeda dengan keadaan di lapangan. kehadiran kak ganda sempat memunculkan keinginan saya untuk menjadi seorang konselor nantinya…kemudian, buk dina juga mengajarkan kami belajar dengan metode online dimana kami berkomunikasi via dunia maya dengan salah-seorang konselor yang melayani konseling online. Ini pengalaman baru buat saya. Menurut saya, ibu sangat kreatif dengan pembelajaran seperti ini. Selain itu, kami juga memiliki grup mata kuliah bimbingan dan konseling di facebook sehingga proses penyampaian informasi dari dosen menjadi lebih mudah.
Dalam mata kuliah ini, kami diberikan tugas individu yaitu membuat blog dan mengisinya dengan materi-materi pembelajaran. Ini merupakan pengalaman baru buat saya. Sebelumnya saya tidak pernah terpikir untuk memiliki blog, melalui mata kuliah ini saya mendapatkan pengetahuan dan pengalaman baru. Saya merasa senang dan tidak kewalahan ketika harus mengisi resume pembelajaran pada setiap pertemuan di blog. Selain itu, kami juga diberikan tugas observasi ke sekolah untuk melihat bagaiamana pelayanan bimbingan dan konseling yang ada di sekolah. Hasil yang kami dapatkan lumayan memuaskan, karena mengingat kami mengerjakannya dalam waktu yang sangat singkat. Memang sangat kurang baik, mengerjakan tugas secara terburu-buru. Kemudian, kami juga diberikan tugas membuat simulasi proses bimbingan dan konseling. Proses pembuatan video ini cukup melelahkan, kami mengerjakannya sampai malam karena seringnya melakukan kesalahan dalam percakapan. Sepertinya saya tidak bisa menjadi seorang aktris sinetron…hehe…Namun, sayangnya hasil video tersebut tidak memuaskan. Bahkan, buk dina tidak bisa mendengar percakapan dalam video tersebut L.
Pada saat ujian uts, kami diberikan kesempatan untuk ujian dengan sistem open book. Untung aja ujiannya open book, karena rasanya tidak sanggup harus menghapal di luar kepala semua teori dalam buku yang berhalaman kurang lebih 900 halaman..HHmmm…namun, walaupun begitu, Saya merasa hasil yang saya dapatkan kurang memuaskan,memang ketika ujian berlangsung saya kewalahan harus membaca teori dulu sebelum menjawab soal. Sehingga waktu terasa sangat singkat untuk mengerjakannya. Jadi, tidak semua teori bisa saya bahas berkaitan dengan kasus yang diberikan.
Kemudian, ketika ujian akhir semester, kami diperkenalkan lagi dengan sistem ujian online. Lagi..lagi..ini pengalaman baru buat saya. Ibu dina memberikan soal lewat blog satu persatu. Saya pun harus stand-by dengan blog dan menunggu soal dikirim buk dina. Namun, disini saya merasa sedikit kewalahan dengan sistem ujian yang seperti ini mengingat tidak menutup kemungkinan jaringan terkadang bermasalah dan ini bisa menghambat proses ujian. Karena setiap soal memiliki batas waktu pengerjaan. Selain itu, terkadang waktu saya tersita lebih banyak untuk menunggu soal ujian diberikan. Saya termasuk agak telat mendapatkan soal dibanding kawan-kawan yang lain karena tampilan komentar pada template blog saya berbeda dari yang biasanya sehingga buk dina tidak tahu dimana harus memberikan komentar, jadinya saya harus mengganti template dulu dan menunggu soal dikirimkan. Ketika teman-teman mengerjakan soak ke 2 saya baru mendapatkan soal yang pertama. Namun, walaupun begitu akhirnya saya bisa menyelesaikan ujian ini tepat pada waktunya. Dan semoga nilainya memuaskan,..Amiin.. J
Tanpa terasa satu semester telah saya lewati, dan materi-materi bimbingan dan konseling telah saya pelajari. Semoga ilmu yang saya dapatkan bermanfaat untuk kedepannya. Kepada ibu Filia Dina Anggaraeni, selaku dosen pengampu mata kuliah, saya mengucapkan terima kasih banyak kepada ibuk atas usahanya membimbing saya dan memberikan banyak pengalaman baru kepada saya. Dan juga untuk teman-teman semua yang telah bekerja sama dengan saya dalam mengerjakan tugas-tugas selama satu semester ini. Saya juga meminta maaf kepada ibu jika selama proses pembelajaran ibu merasa kurang berkenan dengan sikap kami. Ibuk benar, banyak sekali kekurangan kami. Dan, kami sebagai calon sarjana sebaiknya bisa bersikap lebih baik lagi dan mampu mengaplikasikan ilmu yang didapat agar sukses nantinya..sekali lagi, terima kasih ibuk...;
Disini, proses konseling diawali dengan membangun hubungan antar pribadi, yang memungkinkan pembicaraa terbuka dan terarah dalam wawancara konseling. Konselor akan menyambut kedatangan konseli dengan sikap ramah, seperti berjabat tangan, mempersilahkan duduk. Lalu, konselor akan berusaha membuat konseli dapat menyesuaikan diri dengan keadaan di ruangan konseling.
Penjelasan masalah.
Konseli mengemukakan hal-hal yang ingin dibicarakan dengan konselor, sambil mengutarakan sejumlah pikiran dan perasaan yang berkaitan dengan hal tersebut. Konseli bebas mengungkapkan inisiatifnya sendiri.
Penggalian latar belakang masalah.
Fase ini disebut juga sebagai analisis kasus, dimana dibutuhkan penjelasan yang lebih mendetail dan mendalam. Dalam hal ini inisiatif akan bergeser ke pihak konselor, yang lebih mengetahui apa yang dibutuhkan supaya konseli dan konselor memperoleh gambaran yang menyeluruh.
Penyelesaian masalah.
Konselor dan konseli membahas bagaimana persoalan dapat diatasi. Peran konselor dalam mencari penyelesaian permasalahan lebih besar, meskipun konseli juga ikut berpikir, memandang dan mempertimbangkan masalah yang ada.
Penutup.
Ketika konseli merasa sudah mantap tentang penyelesaian masalah yang ditemukan, maka proses konseling dapat diakhiri.
Psikoanalisa (pelopor: Sigmund Freud), berusaha membantu individu untuk mengatasi ketegangan psikis yang bersumber pada perasaan cemas dan perasaan terancam yang berlebihan.
Psikologi Individual (pelopor: Alfred Adler) , fokus pada kebutuhan individu untuk menempatkan diri dalam kelompoka sosial.
Terapi Gestalt (pelopor: Frederick Perls), konselor membantu konseli untuk menghayati dirinya sendiri dalam situasi kehidupan dan menyadari halangan yang diciptakan sendiri serta meresapi makna pengalaman hidup.
Konselin Eksistensial, fokus pada kehidupan manusia yang mencakup kemampuan kesadaran diri, kebebasan untuk memilih dan menentukan nasib sendiri, memiliki tanggung jawab, usaha untuk menemukan makna hidup, dan kecenderungan untuk mengembangkan potensi diri.
2. Pendekatan Kognitif
Analisis Transaksional, menekankan pada pola interaksi antar individu baik verbal maupun nonverbal.Corak konseling ini paling bermanfaat dalam konseling kelompok.
Sistematika Carkhuff, menekankan pada proses konseling sebagai proses belajar, baik bagi konseli maupun konselor. Konseli akan belajar bagaimana cara mengatasi dan menghadapi suatu masalah dengan berpikir dan bertindak secara lebih konstruktif.
3. Pendekatan behavioristik
Reality therapy, fokus pada perilaku individu pada saat ini, dengan menitikberatkan pada tanggung jawab yang dipikulnya sehingga menuntut individu untuk berperilaku sesuai dengan kenyataan yang dihadapi.
Multimodal Counseling, pendekatan ini memadukan berbagai unsur dari beberapa pendekatan yang tersedia sehingga terbentuk suatu sistematika yang baru.
Pendekatan ini menekankan bahwa konseli dapat menentukan keberhasilan atau kegagalan proses konseling,
Konseli diberi kebebasan untuk merubah dirinya sendiri,
Pentingnya hubungan antar pribadi dalam proses konseling,
Pentingnya konsep diri,
Konselor berperan untuk mengarahkan dan menunjukkan sikap penuh pemahaman dan penerimaan.
Kelemahan:
Terkadang konseli seolah-olah merasa tidak diarahkan dan merasa tidak adanya tujuan yang jelas dari proses konseling, apalagi jika tidak adanya pengarahan dan saran dari konselor.
Pendekatan ini dianggap terlalu terikat pada lingkungan kebudayaan Amerika Serikat, yang sangat menghargai kemandirian seseorang dan pengembangan potensi dalam kehidupan masyarakat.
Client-Centered Counseling yang beraliran ortodoks akan sulit diterapkan terhadap siswa dan mahasiswa dan jarang dilaksanakan dalam institusi pendidikan di Indonesia.
Pendekatan ini menekankan pada pemahaman diri melalui testing psikologi dan penerapan pemahaman itu dalam memecahkan beraneka masalah yang dihadapi.
Corak konseling ini paling sering diterapkan pada masalah berkaitan dengan pilihan bidang studi/bidang pekerjaan dalam institusi pendidikan.
Kelemahan:
Konseling ini tidak dapat mengungkap ciri-ciri kepribadian individu sehingga tidak diketahui seberapa besar kualifikasi kepribadian yang dituntut dalam suatu bidang pekerjaan.
Kurang mengindahkan adanya pengaruh perasaan, keinginan, nilai-nilai kehidupan, dan cita-cita hidup terhadap pilihan program studi.
kurang memperhatikan peran keluarga dekat, yang ikut mempengaruhi proses pilihan anak.
Kurang memperhatikan perubahan dalam kehidupan masyarakat yang ikut memperluas atau membatasi jumlah pilihan yang tersedia bagi seseorang.
Kurang menyadari bahwa kualifikasi yang dituntut suatu pekerjaan atau program studi dapat berubah di masa yang akan datang.
3. Konseling Behavioristik
Pelopor: John D. Krumboltz
Kelebihan :
Pendekatan ini menekankan bahwa proses konseling dipandang sebagai proses belajar yang akan menghasilkan perubahan perilaku konseli secara nyata.
Pendekatan ini menunjukkan fleksibilitas yang besar, karena tujuan konseling dan prosedur yang diikuti untuk sampai pada tujuan tersebut disesuaikan dengan kebutuhan konseli.
Pendekatan ini akan membantu individu untuk bisa membekali dirinya untuk mencegah timbulny persoalan kejiwaan.
Kelemahan:
Pendekatan ini tidak bermanfaat untuk kasus-kasus berkaitan dengan kehilangan makna dalam hidup. Dengan kata lain, konseling ini hanya menangani kasus berupa cara bertingkah laku yang salah/tidak sesuai.
4. Rational Emotive therapy
Pelopor: Albert Ellis Kelebihan:
Pendekatan ini menekankan pada peranan berbagai tanggapan kognitif terhadap timbulnya suatu reaksi dalam bentuk perasaan.
Kelemahan:
Corak konseling ini sangat bermanfaat untuk diterapkan oleh konselor sekolah terhadap siswa remaja dan mahasiswa, yang mengalami reaksi perasaan negatif, menganggu suasana hati,seperti rasa cemas, gelisah, putus asa, tidak bergairah, dan tidak bersemangat.
5. Konseling Eklektik
Pelopor: Frederick Thorne
Kelebihan:
Menerapkan/memadukan berbagai pendekatan, menggunakan variasi dalam prosedur dan teknik sehingga dapat melayani konseli sesuai dengan kebutuhannya dan sesuai dengan ciri khas masalah yang dihadapinya.
Kelemahan:
Konseli dapat merasa bingung bila konselor mengubah-ubah strateginya sesuai dengan kebutuhan konseli pada suatu waktu dalam proses konseling.
Konselor bisa mengalami kesulitan dalam proses konseling karena kosenlor dituntut untuk mahir dalam menerapkan semua pendekatan yang ada.
Konseling tidak bisa dikatakan sebagai pemberian bantuan, tapi lebih kepada membimbing dan mengarahkan individu. Konseling bisa diartikan sebagai pertemuan konselor dan konseli untuk mengidentifikasi masalah konseli, mengembangkan kemampuan diri konseli, dan memecahkan masalah konseli.
Konselor sekolah adalah orang-orang yang sudah terlatih untuk melakukan konseling. Sarjana Psikologi bisa menjadi seorang konselor jika sudah melewati pelatihan khusus untuk melakukan konseling.
Kelemahan konselor sekolah adalah:
Sekolah kurang menghargai konselor sekolah dan tidak mengetahui pentingnya konselor sekolah
Sekolah tidak mau mengeluarkan biaya lebih untuk membayar seorang konselor
Sekolah merasa mampu untuk menyelesaikan masalah siswa
Sekolah menganggap orangtua siswa dapat menyelesaikan masalah anaknya.
Ketika seorang konselor tidak mampu mengatasi permasalahan siswa, maka biasanya siswa tersebut akan ditangani oleh psikolog pendidikan. Peluang kerja konselor sekolah sangatlah luas, karena masih banyaknya sekolah-sekolah yang belum memiliki konselor untuk membantu mengatasi permasalahan siswa dan mengembangkan kemampuan siswa.
Pelayanan bimbingan dilakukan dalam bentuk interaksi pribadi dan komunikasi antarpribadi yang bercorak membantu dan dibantu (helping relationship). Ciri-ciri dalam hubungan antarpribadi sebagai berikut:
Bermakna, kedua belah pihak baik konselor maupun konseli melibatkan diri sepenuhnya dalam layanan bimbingan.
Mengandung unsur kognitif dan efektif, karena konselor dan konseli berpikir bersama, dan konselor mampu merasakan sepenuhnya perasaan konseli.
Saling percaya dan saling keterbukaan.
Atas dasar saling memberikan persetujuan, dalam arti konseli menyetujui terjadinya komunikasi secara sukarela dan konselor menerima dengan rela permintaan untuk memberikan bantuan profesional.
Adanya kebutuhan di pihak konseli.
Adanya komunikasi dua-arah.
Mengandung strukturalisasi, konselor memikul tanggung jawab yang lebih besar agar komunikasi terarah.
Berasaskan kerelaan dan usaha untuk bekerja sama agar tercapai tujuan yang disepakati bersama.
Mengarah ke suatu perubahan pada diri konseli.
Adanya jaminan bahwa kedua partisipan merasa aman, dalam arti konseli yakin terhadap keikhlasan konselor sehingga keterbukannya tidak akan disalahgunakan oleh konselor.
Kondisi eksternal berpengaruh terhadap proses konseling, yang menyangkut hal-hal sebagai berikut:
Lingkungan fisik,
Penataan ruangan,
Bentuk bangun ruang,
Konselor berpakaian rapi,
Kerapian dalam menata barang-barang dalam ruangan,
Penggunaan sistem janji,
Konselor menyisihkan buku, catatan serta kertas di atas meja,
Tidak adanya peralatan rekaman berupa alat rekaman audio atau video.
Kondisi Internal, terbagi 2:
Di pihak konseli,dimana siswa memiliki keinginan untuk mencari penyelesaian masalahnya, keinsafan konseli untuk memikul tanggung jawab, dan adanya keberanian serta kemampuan untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya serta masalah yang dihadapi.
Di pihak konselor, dimana konselor memiliki keyakinan-keyakinan dan nilai-nilai dalam kehidupan, memiliki pengalaman di lapangan, kemampuan menghadapi situasi yang belum menentu, kemudahan dalam berbicara mengenai diri sendiri, memiliki konsep diri, dan refleksi atas diri sendiri.
Teknik-teknik konseling, terdiri dari 2 yaitu:
Teknik-teknik konseling yang verbal, sebagai berikut:
Invitation to talk
Acceptance, understanding
Reflection of content,
Reflection of feeling
Clarification of conten
Clarification of feeling
General Lead
Accent
Summary
Questioning/Probing
Feedback
Information giving
Forking response
Investigation
Structuring
Interpretation
Confrontation
Diagnosis
Reassurance/support
Suggestion, advice
Criticism, negative evaluation
Daftar Pustaka Winkel, W.S. (2010). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi
Pengumpulan data bertujuan untuk mendapatkan pengertian yang lebih luas, lebih lengkap, dan lebih mendalam tentang masing-masing peserta didik, serta membantu siswa dan mahasiswa memperoleh pemahaman akan diri sendiri. Alat pengumpulan data dapat berupa:
Alat tes. Alat tes digunakan untuk meramalkan (memperkirakan), mengadakan seleksi, mengadakan klasifikasi, dan melakukan evaluasi. Adapun pembagian alat tes menurut aspek isi, sebagai berikut:
Tes hasil belajar,mengukur apa yang telah dipelajari seseorang di berbagai bidang studi.
Tes kemampuan intelektual,mengukur taraf kemampuan berpikir, terutama berkaitan dengan potensi untuk mencapai taraf prestasi tertentu dalam belajar.
Tes kemampuan khusus atau tes bakat khusus, mengukur taraf kemampuan seseorang untuk berhasil dalam bidang studi tertentu, bidang pekerjaan tertentu.
Tes minat,mengukur kegiatan yang paling disukai seseorang.
Tes perkembangan vokasional,mengukur taraf perkembangan individu dalam menduduki suatu pekerjaan atau jabatan.
Tes kepribadian, mengukur ciri-ciri kepribadian seperti sifat karakter, gaya temperamen, corak kehidupan emosional, kesehatan mental.
2. Alat non tes, digunnakan dalam rangka teknik dan metode non tes, yang lebih menyoroti dimensi kualitatif tingkah laku dan kondisi kehidupan seseorang. Bentuk-bentuk alat non tes sebagai berikut:
Angket tertulis,
Wawancara,
Otobiografi, merupakan karangan yang ditulis oleh siswa mengenai riwayat hidupnya pada saat sekarang.
Anekdota,merupakan laporan singkat tentang perilaku seseorang dan memuat deskripsi obyektif tentang tingkah laku siswa pada saat tertentu.
Skala penilaian, merupakan daftar yang berisi sejumlah aitem yang menunjukkan sejauh mana individu dinilai memiliki sifat atau sikap tertentu.
Sosiometri, merupakan suatu metode untuk memperoleh data tentang jaringan hubungan sosial dalam suatu kelompok.
Kunjungan rumah, bertujuan untuk lebih mengenal lingkungan hidup siswa, jika informasi yang dibutuhkan tidak dapat diperoleh melalui angket atau wawancara.
Kartu pribadi,
Studi kasus.
daftar pustaka Winkel, W.S. (2010). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi
Tenaga bimbingan utama, yaitu konselor sekolah, tenaga praprofesional dan guru.
Tenaga administrasi bimbingan : seperti kepala sekolah, pejabat kantor wilayah, atau pejabat yayasan.
Tenaga yang menunjang: seperti ahli psikometrik, psikolog sekolah, pekerja sosial, dokter sekolah dan psikiater.
Klasifikasi tenaga bimbingan, sebagai berikut:
Konselor sekolah, yaitu tenaga profesional yang mencurahkan seluruh waktunya pada pelayanan bimbingan.
Guru-pembimbing atau guru-konselor, yaitu seorang guru, disamping mengajar di salah satu bidang studi, terlibat juga dalam rangkaian pelayanan bimbingan, termasuk layanan konseling.
Guru, yaitu: tenaga pengajar yang melibatkan diri dalam pelayanan bimbingan.
Sumber tenaga penunjang, yaitu: tenaga spesialis seperti psikolog klinis, psikiater, ahli psikometrik, dan dokter.
Ciri-ciri kepribadian konselor mempengaruhi efektivitas pekerjaan dalam memberikan layanan konseling. Menurut Belkin, ada 3 kualitas kepribadian,sebagai berikut:
Mengenal diri sendiri (Knowing oneself). Konselor harus menyadari keunikan dirinya, kelemahan, dan kelebihannya. Untuk mengetahui apakah seorang konselor sudah dapat memahami dirinya sendiri, maka dapat dilihat dari 3 kualitas berikut: merasa aman dengan dirinya sendiri, percaya pada orang lain, dan memiliki keteguhan hati.
Memahami orang lain (understanding others). Konselor harus memiliki keterbukaan hati dan kebebasan dari cara berpikir yang kaku menurut keyakinan pribadinya. Keterbukaan hari berarti konselor tidak mengambil sikap mengadili orang lain, dan peka terhadap pikiran dan perasaan orang lain.
Kemampuan berkomunikasi dengan orang lain (relating to others) . Kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain juga melibatkan hal-hal lain seperti: tulen atau ikhlas, bebas dari kecenderungan untuk menguasai orang lain, mampu mendengarkan dengan baik, mampu menghargai orang lain,dan mampu mengungkapkan perasaan dan pikiran secara verbal dan non verbal.
Hasil diskusi:
Arahan memiliki makna yang hampir sama dengan bimbingan. Arahan lebih berupa pemberian petunjuk dalam melakukan sesuatu atau petunjuk yang langsung memberikan solusi. Sedangkan, bimbingan berupa pemberian arahan, dan juga pemberian nasihat, masukan terhadap suatu hal, sehingga individu yang diberikan bimbingan mampu menentukan pilihan dalam mencapai tujuannya.
daftar pustaka Winkel, W.S. (2010). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi
Layanan pemberian bimbingan bertujuan untuk membekali siswa akan pengetahuan mengenai data dan fakta di bidang pendidikan sekolah, bidang pekerjaan, dan bimbingan perkembangan pribadi-sosial, agar siswa lebih mampu mengatur dan merencanakan kehidupannya sendiri dengan mempelajari lingkungan kehidupannya.
Tipe-tipe informasi, yaitu:
Informasi tentang pendidikan sekolah
Informasi tentang dunia pekerjaan
Informasi tentang proses perkembangan manusia serta pemahaman terhadap sesama manusia.
Bentuk-bentuk dan sumber-sumber bahan informasi, berupa lisan, tertulis, audiovisual, dan disket program komputer.
Berkaitan dengan layanan bimbingan yang ada di Fakultas Psikologi USU, maka layanan bimbingan tersebut bisa dijelaskan dari pandangan Hoppock, yaitu (1)information use,dimana berbagai informasi bisa didapatkan oleh mahasiswa dari berbagai sumber mulai dari mading kampus, yang biasanya berisi informasi mengenai jadwal perkuliahan, jadwal ujian, seminar, lowongan pekerjaan, beasiswa, dan sebagainya, adanya website khusus Fakultas Psikologi (http://fpsi.usu.ac.id), portal (berisi informasi mengenai nilai mahasiswa disetiap semester), dan jejaring sosial (berisi informasi kegiatan-kegiatan psikologi seperti seminar). (2) exploratory use, layanan bimbingan membantu mahasiswa untuk dapat memilih mata kuliah yang akan diambil pada setiap semester. Terkadang mahasiswa dihadapi akan kebingungan ketika menentukan mata kuliah yang diambil untuk setiap semester,terutama mata kuliah pilihan, karena mata kuliah pilihan biasanya lebih mengutamakan ketertarikan mahasiswa. Selain itu, terkadang bagi mahasiswa yang mengalami kegagalan pada satu mata kuliah akan mengalami kebingungan juga, apakah akan melakukan perbaikan nilai terlebih dahulu atau menunda perbaikan di semester-semester selanjutnya. Oleh karena itu, mahasiswa biasanya sangat membutuhkan masukan dan saran dari Dosen Pembimbing Akademik mengenai langkah yang harus diambilnya. (3) assurance use, yaitu memantapkan keputusan yang sedikit banyak sudah diambil. Disini, mahasiswa sudah mampu membuat keputusannya terutama dalam pemilihan mata kuliah, dan biasanya ditandai dengan adanya persetujuan dari dosen PA dengan menandatangani KRS mahasiswa.(4) evaluative use, yaitu mengecek ketelitian dan kesesuaian pengetahuan yang sudah dimiliki. Ketika mahasiswa mendapatkan nilai hasil studi biasanya dosen PA akan memberikan feedback mengenai nilai yang dicapai mahasiswa, apakah gagal atau tidak.
Adapun saran berkaitan dengan Layanan bimbingan di Fakultas Psikologi USU, yaitu:
Mahasiswa biasanya melakukan pertemuan rutin dengan dosen pembimbing akademik pada akhir semester saja, tepatnya ketika proses pengurudan KRS. Sebaiknya, pertemuan dengan dosen pembimbing bisa dilakukan secara berkala, misalnya 2 kali sebulan, yang bertujuan memudahkan mahasiswa untuk berbagi masalah-masalah yang dihadapi mahasiswa kepada dosen, berkaitan dengan kesulitan-kesulitan dalam proses perkuliahan.Selain itu, sebaiknya dosen PA memang dapat berperan untuk membantu siswa dalam memilih mata kuliah ketika memasuki semester baru, karena terkadang beberapa dosen pembimbing menyerahkan sepenuhnya kepada siswa atas pilihannya tanpa adanya masukan dari dosen pembimbing.
saat ini informasi mengenai jurnal-jurnal psikologi yang tentunya sangat mendukung proses pembelajaran masih kurang "up date" sehingga mahasiswa sedikit kesulitan untuk mendapatkan jurnal-jurnal penelitian terbaru.
daftar pustaka Winkel, W.S. (2010). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi
Program bimbingan (guidance program) adalah suatu rangkaian kegiatan bimbingan yang terencana, terorganisasi,dan terkoordinasi selama periode waktu tertentu, misalnya satu tahun ajaran. Suatu program bimbingan dapat disusun berdasarkan suatu kerangka berpikir tertentu, dan pola dasar pelaksanaan bimbingan tertentu.
Pola-pola dasar pelaksanaan bimbingan adalah suatu asas pokok untuk mengatur penyebaran pelayanan bimbingan di sekolah, dengan mempertimbangkan kegiatan-kegiatan bimbingan apa yang akan diadakan dana rangkaian kegiatan itu dilaksanakan oleh siapa serta diberikan kepada siapa. Pola dasar bimbingan lebih bersifat praktis, karena langsung berkaitan dengan penyusunan program bimbingan.
Menurut Edward C. Glanz terdapar 4 pola dasar pelaksanaan bimbingan, yaitu:
Pole generalis, berdasarkan keyakinan bahwa corak pendidikan dalam suatu institusi pendidikan berpengaruh terhadap kualitas serta kuantitas usaha belajar siswa, dan bahwa seluruh staf pendidik dapat menyumbang pada perkembangan kepribadian masing-masing siswa.
Pola spesialis, bahwa pelayanan bimbingan di institusi pendidikan harus ditangani oleh para ahli bimbingan, yang masing-masing berkemampuan khusus dalam cara pelayanan bimbingan tertentu, seperti testing psikologis, bimbingan karier, dan konseling.
Pola kurikuler, bahwa kegiatan bimbingan di institusi pendidikan sebaiknya dimasukkan dalam kurikulum pengajaran dalam bentuk pelajaran khusus, dalam rangka suatu kursus bimbingan.
Pola relasi-relasi manusia dan kesehatan mental, bahwa orang akan hidup lebih bahagia bila dapat menjaga kesehatan mentalnya dan membina hubungan baik dengan orang lain.
Bentuk bimbingan mengacu kepada jumlah orang yang diberi pelayanan bimbingan, dimana terbagi atas:
bimbingan individual, yaitu pelayanan bimbingan yang ditujukan kepada satu orang, biasanya dalam bentuk konseling
bimbingan kelompok, yaitu pelayanan bimbingan yang ditujukan kepada dua orang atau lebih, biasanya dilakukan dalam bentuk kelompok diskusi.
Sifat bimbingan mengacu kepada tujuan yang ingin dicapai dalam pelayanan bimbingan. Ada 3 sifat bimbinga, yaitu:
bimbingan perseveratif (bimbingan perkembangan), yaitu bimbingan yang bertujuan untuk mendampingi siswa dan mahasiswa agar perkembangannya berlangsung optimal. Misalnya, membantu siswa remaja dalam mengambil suatu sikap terhadap orangtuanya.
bimbingan preventif (bimbingan pencegahan), yaitu bimbingan yang bertujuan untuk membekali siswa dan mahasiswa agar lebih siap menghadapi tantangan-tantangan di masa depan dan mencegah timbulnya masalah yang serius dikemudian hari. Misalnya memberi informasi kepada siswa SMA kelas I tentang tujuan dan program studi IPA,IPS, dan Bahasa, dan memberitahukan hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan program studi.
bimbingan korektif (bimbingan penyembuhan), yaitu bimbingan yang bertujuan untuk membantu siswa dan mahasiswa dalam mengoreksi perkembangan yang mengalami salah jalur. Kelanjutan dari bimbingan ini adalah bimbingan pemeliharaan. Misalnya, membantu siswa SMA kelas 3 yang tidak lulus ujian karena salah dalam memilih program studi yang tidak sesuai dengan minat dan kemampuannya, sehingga siswa dibimbing untuk dapat memilih program studi yang lebih baik.
Ragam bimbingan, mengacu kepada bidang kehidupan tertentu atau aspek perkembangan tertentu yang menjadi fokus perhatian dalam pelayanan bimbingan. Ada 3 ragam bimbinga, yaitu:
bimbingan karier, yaitu bimbingan dalam mempersiapkan diri menghadapi dunia pekerjaan, memilih lapangan pekerjaan atau jabatan tertentu serta membekali diri supaya siap memegang jabatan tersebut, dan dalam menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan dari lapangan pekerjaan yang dimasuki.
bimbingan akademik, yaitu bimbingan dalam hal menemukan cara belajar yang tepat, dalam memilih program studi yang sesuai, dan dalam mengatasi kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan-tuntuan belajar di suatu institusi pendidikan.
bimbingan pribadi-sosial, yaitu bimbingan dalam menghadapi keadaan batin sendiri dan mengatasi berbagai pergumulan dalam batinnya sendiri, dalam mengatur diri sendiri di bidang kerohanian, perawatan jasmani, pemanfaatan waktu luang, penyaluran nafsu seksual, dan sebagainya, serta bimbingan dalam membina hubungan kemanusiaan dengan sesama di berbagai lingkungan (pergaulan sosial).
Hasil diskusi:
Pola dasar bimbingan yang dipegang di sekolah dasar adalah pola generalis, dimana pola generalis berasaskan keyakinan bahwa corak pendidikan dalam suatu institusi pendidikan berpengaruh terhadap kualitas serta kuantitas usaha belajar siswa dan seluruh staf pendidik dapat menyumbang pada perkembangan kepribadian masing-masing siswa. Nah, pola ini melibatkan banyak tenaga pendidik. Walaupun, pola dasar bimbingan di Sekolah Dasar berupa pola generalis, namun tersedia juga satu atau dua orang tenaga professional di dalam bimbingan yang dikenal juga dengan pola spesialis, dimana pola spesialis berasaskan keyakinan bahwa pelayanan bimbingan di institusi pendidikan harus ditangani oleh para ahli bimbingan , yang masing-masing berkemampuan khusus dalam cara pelayanan bimbingan tertentu. Contohnya untuk anak-anak yang mengalami hambatan dalam berkomunikasi secara verbal maka akan di tangani oleh psikolog anak (psikolog sekolah) yang menjadi tenaga spesialis, dimana tenaga bimbingan tersebut memberikan pelayanan khusus kepada siswa. Orang ini bukan staf sekolah melainkan tenaga yang mendatangi sekolah dan menangani kasus-kasus yang tidak dapat di tangani oleh staf sekolah sendiri.
Sifat remedial adalah sifat bimbingan yang mengarahkan siswa agar berfungsi pada tingkat kemampuannya sendiri. Contohnya, siswa yang terlalu cemas dalam menghadapi suatu situasi (situasi ujian) dianggap perlu mendapatkan bantuan untuk membuatnya mampu dalam menghadapi situasi – situasi yang ada di sekolah, tepatnya selama masa pendidikan. Tujuan sifat remedial ini berkaitan dalam menghilangkan sifat – sifat negatif pada diri siswa.
daftar pustaka Winkel, W.S. (2010). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi
Organisasi Bimbingan merupakan pengaturan dan penyusunan bagian-bagian (jajaran tenaga bimbingan dan seluruh kegiatan bimbingan) sehingga menjadi kesatuan yang berstruktur sebagai unit kerja.
Administrasi bimbingan merupakan usaha pengendalian kerja sama antara tenaga bimbingan dan pengendalian serta pengarahan dari semua kegiatan bimbingan sehingga unit kerja terarah pada tujuan-tujuan yang telah disepakati dan sesuai dengan struktur yang berlaku.
Koordinator bimbingan merupakan penanggung jawab utama untuk pelayanan bimbingan, yang bertugas untuk mengatur kerja masa di antara tenaga bimbingan dan mengarahkan semua kegiatan bimbingan. Koordinator bimbingan memiliki wewenang untuk mengatur secara rinci tugas-tugas yang diberikan kepada unsur personil bimbingan, dimana pembagian tugas sangat tergantung kepada pola dasar pelaksanaan bimbingan, taraf keahlian tenaga bimbingan, dan jenis spesialisasi yang dimiliki oleh tenaga bimbingan.
daftar pustaka Winkel, W.S. (2010). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi
Bimbingan dan konseling berasal dari dua kata yaitu bimbingan dan konseling. Bimbingan (Guidance) mengandung berbagai makna. Menurut Shertzer dan Stone (1976,1981), bimbingan merupakan suatu proses untuk membantu individu agar memahami dirinya dan dunianya. Sedangkan, Winkel (2006) mendefinisikan bimbingan sebagai (1) suatu usaha untuk melengkapi individu dengan pengetahuan, pengalaman, dan informasi tentang dirinya sendiri; (2) suatu cara untuk memberikan bantuan kepada individu untuk memahami dan mempergunakan segala kesempatan yang dimiliki secara efektif dan efisien untuk perkembangan pribadinya; (3) sejenis pelayanan kepada individu-individu, agar dapat menentukan pilihan, menetapkan tujuan dengan tepat dan menyusun rencana yang realistis, sehingga dapat menyesuaikan diri dengan memuaskan di dalam lingkungan dimana mereka hidup; (4) suatu proses memberikan bantuan kepada individu dalam hal: memahami diri sendiri; menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri dengan lingkunga; memilih, menentukan dan menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya sendiri dan tuntutan lingkungan.
Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa pada prinsipnya bimbingan merupakan suatu proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa individu dalam hal memahami diri sendiri, menghubungkan pemahaman dirinya dengan lingkunga, memilih, menentukan, dan menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya dan tuntutan lingkungan sesuai dengan norma-norma yang berlaku.
Konseling (counseling)merupakan serangkaian kegiatan paling pokok dari bimbingan dalam usaha membantu klien/konseli secara tatap muka, dengan tujuan agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus.
Beberapa bidang permasalahan yang memerlukan bimbingan di sekolah dan perguruan tinggi, yaitu:
Belajar, misalnya kurangnya motivasi belajar, cara belajar yang tidak tepat, taraf prestasi belajar yang kurang mantap, dan sebagainya.
Keluarga, misalnya suasana dirumah kurang memuaskan, interaksi antara seluruh anggota keluarga kurang akrab, kurangnya perhatian orangtua terhadap belajar siswa di sekolah, dan sebagainya.
Pengisian waktu luang, misalnya tidak memiliki hobi, tidak mengetahui cara mengisi waktu luang dengan kegiatan bermanfaat, dan sebagainya.
Pergaulan dengan teman sebaya, misalnya sukar menghindari pengaruh jelek dari teman-teman tertentu, bermusuhan dengan teman tertentu, dan sebagainya.
Pergulatan dalam diri sendiri, misalnya adanya perasaan minder, rasa gelisah dan prihatin terhadap masa depan, kebingungan mengenai nilai-nilai moral yang harus berlaku di zaman ini, dan sebagainya.
Semua lembaga pendidikan sekolah berpedoman kepada tujuan pendidikan nasional bangsa dan usaha dasar pembangunan nasional. Terdapat 3 bidang dalam pendidikan sekolah yang menopang tujuan institusional, bertujuan untuk mengoptimalkan perkembangan siswa,yaitu:
Bidang administrasi dan supervisi , berfungsi untuk mengarahkan semua kegiatan sekolah supaya tujuan institusional dapat dicapai dengan seefisien mungkin, dan mencakup segala usaha untuk mendayagunakan semua sumber, baik personil maupun material, yang menunjang tercapainya tujuan pendidikan.
Bidang pengajaran, berfungsi untuk membekali siswa dengan pemahaman dan pengetahuan, nilai dan sikap, serta keterampilan yang dirancang dalam kurikulum pengajaran, baik melalui kegiatan kurikuler maupun kokurikuler. Bidang ini termasuk bidang inti di sekolah karena pendidikan sekolah terutama dilaksanakan lewat bidang pengajaran.
Bidang pembinaan siswa, berfungsi untuk memberikan pelayanan kepada siswa dalam hal-hal yang tidak ditangani dalam rangka program pengajaran, namun diperlukan siswa untuk membulatkan pendidikan yang mereka terima selama waktu bersekolah atau untuk menjamin kesejahteraan siswa dalam unsur kesehatan jasmani, mental, dan perkembangan kehidupan rohani.
Hasil diskusi:
Bimbingan di sekolah lebih mengacu kepada masalah-masalah yang dihadapi siswa, baik itu masalah dalam hal proses pembelajaran maupun dalam hal pertemanan.
Sedangkan, bimbingan di luar sekolah berfokus kepada masalah-masalah yang lebih umum dimana yang membutuhkan bimbingan tersebut adalah masyarakat, misalnya bimbingan mengenai bahaya penggunaan narkoba, bahaya melakukan seks bebas, dimana bimbingan tersebut diperuntukkan bagi remaja.
Memasuki semester 7 ini saya memutuskan untuk mengambil mata kuliah Bimbingan dan Konseling sebagai mata kuliah pilihan. Saya mengambil mata kuliah ini karena sebelumnya saya belum pernah mengambil mata kuliah pilihan Pendidikan, berhubung saya memilih departemen pendidikan sebagai pilihan kedua seminar maka saya memutuskan untuk mengambil mata kuliah ini. Berharap saya bisa mendapatkan banyak pengetahuan dari mata kuliah ini berkaitan dengan bimbingan dan konseling di sekolah.
Seperti biasa, setiap mata kuliah menerapkan metode presentasi dalam setiap pertemuan. Memang terkadang terasa membosankan dengan proses pembelajaran seperti ini, bagaimana tidak 6 semester telah dilalui di kampus ini dan semua mata kuliah menerapkan metode pembelajaran yang sama. Pada awalnya, presentasi memang menjadi hal menggugupkan karena kita dituntut untuk berbicara di depan kelas dengan menyampaikan materi pembelajaran kepada teman-teman. Semua mata tertuju padaku…pastinya bikin gugup juga.. Tapi setelah 6 semester berlalu, presentasi tidak lagi menjadi hal yang mencemaskan karena kita semakin terlatih dan terbiasa, namun sekarang terasa agak menjenuhkan. Mungkin itulah kenapa, ketika kuliah berlangsung, suasana kelas terkesan sangat pasif dan tidak semangat. Ditambah lagi, kuliah yang dilakukan pada jam sore menimbulkan banyak godaan, mulai dari mengantuk, capek, sehingga tak menutup kemungkinan hanya badan saja di ruangan kelas tapi pikiran sudah melalang buana kemana-mana..
Hal inilah yang menyebabkan Buk Dina,selaku pengampu mata kuliah, ikut-ikutan bingung melihat keadaan kelas seperti ini. Sejauh ini, ibu sudah berusaha keras untuk membangkitkan antusias kami dalam proses belajar di kelas, tapi sepertinya ibu masih kecewa sama kami…saya minta maaf kepada ibu, atas perlakuan dan sikap kami yang tidak berkenan dalam proses pembelajaran . Saya sangat merasa senang dan antusias dengan metode pembelajaran yang diciptakan oleh buk dina diantaranya dengan menghadirkan konselor sekolah, bernama kak ganda yang merupakan alumni fakultas psikologi USU juga. Kehadiran kak ganda membuka pikiran kami tentang kondisi bimbingan dan konseling di lapangan, bahwa kenyataanya teori akan sangat berbeda dengan keadaan di lapangan. kehadiran kak ganda sempat memunculkan keinginan saya untuk menjadi seorang konselor nantinya…kemudian, buk dina juga mengajarkan kami belajar dengan metode online dimana kami berkomunikasi via dunia maya dengan salah-seorang konselor yang melayani konseling online. Ini pengalaman baru buat saya. Menurut saya, ibu sangat kreatif dengan pembelajaran seperti ini. Selain itu, kami juga memiliki grup mata kuliah bimbingan dan konseling di facebook sehingga proses penyampaian informasi dari dosen menjadi lebih mudah.
Dalam mata kuliah ini, kami diberikan tugas individu yaitu membuat blog dan mengisinya dengan materi-materi pembelajaran. Ini merupakan pengalaman baru buat saya. Sebelumnya saya tidak pernah terpikir untuk memiliki blog, melalui mata kuliah ini saya mendapatkan pengetahuan dan pengalaman baru. Saya merasa senang dan tidak kewalahan ketika harus mengisi resume pembelajaran pada setiap pertemuan di blog. Selain itu, kami juga diberikan tugas observasi ke sekolah untuk melihat bagaiamana pelayanan bimbingan dan konseling yang ada di sekolah. Hasil yang kami dapatkan lumayan memuaskan, karena mengingat kami mengerjakannya dalam waktu yang sangat singkat. Memang sangat kurang baik, mengerjakan tugas secara terburu-buru. Kemudian, kami juga diberikan tugas membuat simulasi proses bimbingan dan konseling. Proses pembuatan video ini cukup melelahkan, kami mengerjakannya sampai malam karena seringnya melakukan kesalahan dalam percakapan. Sepertinya saya tidak bisa menjadi seorang aktris sinetron…hehe…Namun, sayangnya hasil video tersebut tidak memuaskan. Bahkan, buk dina tidak bisa mendengar percakapan dalam video tersebut L.
Pada saat ujian uts, kami diberikan kesempatan untuk ujian dengan sistem open book. Untung aja ujiannya open book, karena rasanya tidak sanggup harus menghapal di luar kepala semua teori dalam buku yang berhalaman kurang lebih 900 halaman..HHmmm…namun, walaupun begitu, Saya merasa hasil yang saya dapatkan kurang memuaskan,memang ketika ujian berlangsung saya kewalahan harus membaca teori dulu sebelum menjawab soal. Sehingga waktu terasa sangat singkat untuk mengerjakannya. Jadi, tidak semua teori bisa saya bahas berkaitan dengan kasus yang diberikan.
Kemudian, ketika ujian akhir semester, kami diperkenalkan lagi dengan sistem ujian online. Lagi..lagi..ini pengalaman baru buat saya. Ibu dina memberikan soal lewat blog satu persatu. Saya pun harus stand-by dengan blog dan menunggu soal dikirim buk dina. Namun, disini saya merasa sedikit kewalahan dengan sistem ujian yang seperti ini mengingat tidak menutup kemungkinan jaringan terkadang bermasalah dan ini bisa menghambat proses ujian. Karena setiap soal memiliki batas waktu pengerjaan. Selain itu, terkadang waktu saya tersita lebih banyak untuk menunggu soal ujian diberikan. Saya termasuk agak telat mendapatkan soal dibanding kawan-kawan yang lain karena tampilan komentar pada template blog saya berbeda dari yang biasanya sehingga buk dina tidak tahu dimana harus memberikan komentar, jadinya saya harus mengganti template dulu dan menunggu soal dikirimkan. Ketika teman-teman mengerjakan soak ke 2 saya baru mendapatkan soal yang pertama. Namun, walaupun begitu akhirnya saya bisa menyelesaikan ujian ini tepat pada waktunya. Dan semoga nilainya memuaskan,..Amiin.. J
Tanpa terasa satu semester telah saya lewati, dan materi-materi bimbingan dan konseling telah saya pelajari. Semoga ilmu yang saya dapatkan bermanfaat untuk kedepannya. Kepada ibu Filia Dina Anggaraeni, selaku dosen pengampu mata kuliah, saya mengucapkan terima kasih banyak kepada ibuk atas usahanya membimbing saya dan memberikan banyak pengalaman baru kepada saya. Dan juga untuk teman-teman semua yang telah bekerja sama dengan saya dalam mengerjakan tugas-tugas selama satu semester ini. Saya juga meminta maaf kepada ibu jika selama proses pembelajaran ibu merasa kurang berkenan dengan sikap kami. Ibuk benar, banyak sekali kekurangan kami. Dan, kami sebagai calon sarjana sebaiknya bisa bersikap lebih baik lagi dan mampu mengaplikasikan ilmu yang didapat agar sukses nantinya..sekali lagi, terima kasih ibuk...;
Disini, proses konseling diawali dengan membangun hubungan antar pribadi, yang memungkinkan pembicaraa terbuka dan terarah dalam wawancara konseling. Konselor akan menyambut kedatangan konseli dengan sikap ramah, seperti berjabat tangan, mempersilahkan duduk. Lalu, konselor akan berusaha membuat konseli dapat menyesuaikan diri dengan keadaan di ruangan konseling.
Penjelasan masalah.
Konseli mengemukakan hal-hal yang ingin dibicarakan dengan konselor, sambil mengutarakan sejumlah pikiran dan perasaan yang berkaitan dengan hal tersebut. Konseli bebas mengungkapkan inisiatifnya sendiri.
Penggalian latar belakang masalah.
Fase ini disebut juga sebagai analisis kasus, dimana dibutuhkan penjelasan yang lebih mendetail dan mendalam. Dalam hal ini inisiatif akan bergeser ke pihak konselor, yang lebih mengetahui apa yang dibutuhkan supaya konseli dan konselor memperoleh gambaran yang menyeluruh.
Penyelesaian masalah.
Konselor dan konseli membahas bagaimana persoalan dapat diatasi. Peran konselor dalam mencari penyelesaian permasalahan lebih besar, meskipun konseli juga ikut berpikir, memandang dan mempertimbangkan masalah yang ada.
Penutup.
Ketika konseli merasa sudah mantap tentang penyelesaian masalah yang ditemukan, maka proses konseling dapat diakhiri.
Psikoanalisa (pelopor: Sigmund Freud), berusaha membantu individu untuk mengatasi ketegangan psikis yang bersumber pada perasaan cemas dan perasaan terancam yang berlebihan.
Psikologi Individual (pelopor: Alfred Adler) , fokus pada kebutuhan individu untuk menempatkan diri dalam kelompoka sosial.
Terapi Gestalt (pelopor: Frederick Perls), konselor membantu konseli untuk menghayati dirinya sendiri dalam situasi kehidupan dan menyadari halangan yang diciptakan sendiri serta meresapi makna pengalaman hidup.
Konselin Eksistensial, fokus pada kehidupan manusia yang mencakup kemampuan kesadaran diri, kebebasan untuk memilih dan menentukan nasib sendiri, memiliki tanggung jawab, usaha untuk menemukan makna hidup, dan kecenderungan untuk mengembangkan potensi diri.
2. Pendekatan Kognitif
Analisis Transaksional, menekankan pada pola interaksi antar individu baik verbal maupun nonverbal.Corak konseling ini paling bermanfaat dalam konseling kelompok.
Sistematika Carkhuff, menekankan pada proses konseling sebagai proses belajar, baik bagi konseli maupun konselor. Konseli akan belajar bagaimana cara mengatasi dan menghadapi suatu masalah dengan berpikir dan bertindak secara lebih konstruktif.
3. Pendekatan behavioristik
Reality therapy, fokus pada perilaku individu pada saat ini, dengan menitikberatkan pada tanggung jawab yang dipikulnya sehingga menuntut individu untuk berperilaku sesuai dengan kenyataan yang dihadapi.
Multimodal Counseling, pendekatan ini memadukan berbagai unsur dari beberapa pendekatan yang tersedia sehingga terbentuk suatu sistematika yang baru.
Pendekatan ini menekankan bahwa konseli dapat menentukan keberhasilan atau kegagalan proses konseling,
Konseli diberi kebebasan untuk merubah dirinya sendiri,
Pentingnya hubungan antar pribadi dalam proses konseling,
Pentingnya konsep diri,
Konselor berperan untuk mengarahkan dan menunjukkan sikap penuh pemahaman dan penerimaan.
Kelemahan:
Terkadang konseli seolah-olah merasa tidak diarahkan dan merasa tidak adanya tujuan yang jelas dari proses konseling, apalagi jika tidak adanya pengarahan dan saran dari konselor.
Pendekatan ini dianggap terlalu terikat pada lingkungan kebudayaan Amerika Serikat, yang sangat menghargai kemandirian seseorang dan pengembangan potensi dalam kehidupan masyarakat.
Client-Centered Counseling yang beraliran ortodoks akan sulit diterapkan terhadap siswa dan mahasiswa dan jarang dilaksanakan dalam institusi pendidikan di Indonesia.
Pendekatan ini menekankan pada pemahaman diri melalui testing psikologi dan penerapan pemahaman itu dalam memecahkan beraneka masalah yang dihadapi.
Corak konseling ini paling sering diterapkan pada masalah berkaitan dengan pilihan bidang studi/bidang pekerjaan dalam institusi pendidikan.
Kelemahan:
Konseling ini tidak dapat mengungkap ciri-ciri kepribadian individu sehingga tidak diketahui seberapa besar kualifikasi kepribadian yang dituntut dalam suatu bidang pekerjaan.
Kurang mengindahkan adanya pengaruh perasaan, keinginan, nilai-nilai kehidupan, dan cita-cita hidup terhadap pilihan program studi.
kurang memperhatikan peran keluarga dekat, yang ikut mempengaruhi proses pilihan anak.
Kurang memperhatikan perubahan dalam kehidupan masyarakat yang ikut memperluas atau membatasi jumlah pilihan yang tersedia bagi seseorang.
Kurang menyadari bahwa kualifikasi yang dituntut suatu pekerjaan atau program studi dapat berubah di masa yang akan datang.
3. Konseling Behavioristik
Pelopor: John D. Krumboltz
Kelebihan :
Pendekatan ini menekankan bahwa proses konseling dipandang sebagai proses belajar yang akan menghasilkan perubahan perilaku konseli secara nyata.
Pendekatan ini menunjukkan fleksibilitas yang besar, karena tujuan konseling dan prosedur yang diikuti untuk sampai pada tujuan tersebut disesuaikan dengan kebutuhan konseli.
Pendekatan ini akan membantu individu untuk bisa membekali dirinya untuk mencegah timbulny persoalan kejiwaan.
Kelemahan:
Pendekatan ini tidak bermanfaat untuk kasus-kasus berkaitan dengan kehilangan makna dalam hidup. Dengan kata lain, konseling ini hanya menangani kasus berupa cara bertingkah laku yang salah/tidak sesuai.
4. Rational Emotive therapy
Pelopor: Albert Ellis Kelebihan:
Pendekatan ini menekankan pada peranan berbagai tanggapan kognitif terhadap timbulnya suatu reaksi dalam bentuk perasaan.
Kelemahan:
Corak konseling ini sangat bermanfaat untuk diterapkan oleh konselor sekolah terhadap siswa remaja dan mahasiswa, yang mengalami reaksi perasaan negatif, menganggu suasana hati,seperti rasa cemas, gelisah, putus asa, tidak bergairah, dan tidak bersemangat.
5. Konseling Eklektik
Pelopor: Frederick Thorne
Kelebihan:
Menerapkan/memadukan berbagai pendekatan, menggunakan variasi dalam prosedur dan teknik sehingga dapat melayani konseli sesuai dengan kebutuhannya dan sesuai dengan ciri khas masalah yang dihadapinya.
Kelemahan:
Konseli dapat merasa bingung bila konselor mengubah-ubah strateginya sesuai dengan kebutuhan konseli pada suatu waktu dalam proses konseling.
Konselor bisa mengalami kesulitan dalam proses konseling karena kosenlor dituntut untuk mahir dalam menerapkan semua pendekatan yang ada.
Konseling tidak bisa dikatakan sebagai pemberian bantuan, tapi lebih kepada membimbing dan mengarahkan individu. Konseling bisa diartikan sebagai pertemuan konselor dan konseli untuk mengidentifikasi masalah konseli, mengembangkan kemampuan diri konseli, dan memecahkan masalah konseli.
Konselor sekolah adalah orang-orang yang sudah terlatih untuk melakukan konseling. Sarjana Psikologi bisa menjadi seorang konselor jika sudah melewati pelatihan khusus untuk melakukan konseling.
Kelemahan konselor sekolah adalah:
Sekolah kurang menghargai konselor sekolah dan tidak mengetahui pentingnya konselor sekolah
Sekolah tidak mau mengeluarkan biaya lebih untuk membayar seorang konselor
Sekolah merasa mampu untuk menyelesaikan masalah siswa
Sekolah menganggap orangtua siswa dapat menyelesaikan masalah anaknya.
Ketika seorang konselor tidak mampu mengatasi permasalahan siswa, maka biasanya siswa tersebut akan ditangani oleh psikolog pendidikan. Peluang kerja konselor sekolah sangatlah luas, karena masih banyaknya sekolah-sekolah yang belum memiliki konselor untuk membantu mengatasi permasalahan siswa dan mengembangkan kemampuan siswa.
Pelayanan bimbingan dilakukan dalam bentuk interaksi pribadi dan komunikasi antarpribadi yang bercorak membantu dan dibantu (helping relationship). Ciri-ciri dalam hubungan antarpribadi sebagai berikut:
Bermakna, kedua belah pihak baik konselor maupun konseli melibatkan diri sepenuhnya dalam layanan bimbingan.
Mengandung unsur kognitif dan efektif, karena konselor dan konseli berpikir bersama, dan konselor mampu merasakan sepenuhnya perasaan konseli.
Saling percaya dan saling keterbukaan.
Atas dasar saling memberikan persetujuan, dalam arti konseli menyetujui terjadinya komunikasi secara sukarela dan konselor menerima dengan rela permintaan untuk memberikan bantuan profesional.
Adanya kebutuhan di pihak konseli.
Adanya komunikasi dua-arah.
Mengandung strukturalisasi, konselor memikul tanggung jawab yang lebih besar agar komunikasi terarah.
Berasaskan kerelaan dan usaha untuk bekerja sama agar tercapai tujuan yang disepakati bersama.
Mengarah ke suatu perubahan pada diri konseli.
Adanya jaminan bahwa kedua partisipan merasa aman, dalam arti konseli yakin terhadap keikhlasan konselor sehingga keterbukannya tidak akan disalahgunakan oleh konselor.
Kondisi eksternal berpengaruh terhadap proses konseling, yang menyangkut hal-hal sebagai berikut:
Lingkungan fisik,
Penataan ruangan,
Bentuk bangun ruang,
Konselor berpakaian rapi,
Kerapian dalam menata barang-barang dalam ruangan,
Penggunaan sistem janji,
Konselor menyisihkan buku, catatan serta kertas di atas meja,
Tidak adanya peralatan rekaman berupa alat rekaman audio atau video.
Kondisi Internal, terbagi 2:
Di pihak konseli,dimana siswa memiliki keinginan untuk mencari penyelesaian masalahnya, keinsafan konseli untuk memikul tanggung jawab, dan adanya keberanian serta kemampuan untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya serta masalah yang dihadapi.
Di pihak konselor, dimana konselor memiliki keyakinan-keyakinan dan nilai-nilai dalam kehidupan, memiliki pengalaman di lapangan, kemampuan menghadapi situasi yang belum menentu, kemudahan dalam berbicara mengenai diri sendiri, memiliki konsep diri, dan refleksi atas diri sendiri.
Teknik-teknik konseling, terdiri dari 2 yaitu:
Teknik-teknik konseling yang verbal, sebagai berikut:
Invitation to talk
Acceptance, understanding
Reflection of content,
Reflection of feeling
Clarification of conten
Clarification of feeling
General Lead
Accent
Summary
Questioning/Probing
Feedback
Information giving
Forking response
Investigation
Structuring
Interpretation
Confrontation
Diagnosis
Reassurance/support
Suggestion, advice
Criticism, negative evaluation
Daftar Pustaka Winkel, W.S. (2010). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi
Pengumpulan data bertujuan untuk mendapatkan pengertian yang lebih luas, lebih lengkap, dan lebih mendalam tentang masing-masing peserta didik, serta membantu siswa dan mahasiswa memperoleh pemahaman akan diri sendiri. Alat pengumpulan data dapat berupa:
Alat tes. Alat tes digunakan untuk meramalkan (memperkirakan), mengadakan seleksi, mengadakan klasifikasi, dan melakukan evaluasi. Adapun pembagian alat tes menurut aspek isi, sebagai berikut:
Tes hasil belajar,mengukur apa yang telah dipelajari seseorang di berbagai bidang studi.
Tes kemampuan intelektual,mengukur taraf kemampuan berpikir, terutama berkaitan dengan potensi untuk mencapai taraf prestasi tertentu dalam belajar.
Tes kemampuan khusus atau tes bakat khusus, mengukur taraf kemampuan seseorang untuk berhasil dalam bidang studi tertentu, bidang pekerjaan tertentu.
Tes minat,mengukur kegiatan yang paling disukai seseorang.
Tes perkembangan vokasional,mengukur taraf perkembangan individu dalam menduduki suatu pekerjaan atau jabatan.
Tes kepribadian, mengukur ciri-ciri kepribadian seperti sifat karakter, gaya temperamen, corak kehidupan emosional, kesehatan mental.
2. Alat non tes, digunnakan dalam rangka teknik dan metode non tes, yang lebih menyoroti dimensi kualitatif tingkah laku dan kondisi kehidupan seseorang. Bentuk-bentuk alat non tes sebagai berikut:
Angket tertulis,
Wawancara,
Otobiografi, merupakan karangan yang ditulis oleh siswa mengenai riwayat hidupnya pada saat sekarang.
Anekdota,merupakan laporan singkat tentang perilaku seseorang dan memuat deskripsi obyektif tentang tingkah laku siswa pada saat tertentu.
Skala penilaian, merupakan daftar yang berisi sejumlah aitem yang menunjukkan sejauh mana individu dinilai memiliki sifat atau sikap tertentu.
Sosiometri, merupakan suatu metode untuk memperoleh data tentang jaringan hubungan sosial dalam suatu kelompok.
Kunjungan rumah, bertujuan untuk lebih mengenal lingkungan hidup siswa, jika informasi yang dibutuhkan tidak dapat diperoleh melalui angket atau wawancara.
Kartu pribadi,
Studi kasus.
daftar pustaka Winkel, W.S. (2010). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi
Tenaga bimbingan utama, yaitu konselor sekolah, tenaga praprofesional dan guru.
Tenaga administrasi bimbingan : seperti kepala sekolah, pejabat kantor wilayah, atau pejabat yayasan.
Tenaga yang menunjang: seperti ahli psikometrik, psikolog sekolah, pekerja sosial, dokter sekolah dan psikiater.
Klasifikasi tenaga bimbingan, sebagai berikut:
Konselor sekolah, yaitu tenaga profesional yang mencurahkan seluruh waktunya pada pelayanan bimbingan.
Guru-pembimbing atau guru-konselor, yaitu seorang guru, disamping mengajar di salah satu bidang studi, terlibat juga dalam rangkaian pelayanan bimbingan, termasuk layanan konseling.
Guru, yaitu: tenaga pengajar yang melibatkan diri dalam pelayanan bimbingan.
Sumber tenaga penunjang, yaitu: tenaga spesialis seperti psikolog klinis, psikiater, ahli psikometrik, dan dokter.
Ciri-ciri kepribadian konselor mempengaruhi efektivitas pekerjaan dalam memberikan layanan konseling. Menurut Belkin, ada 3 kualitas kepribadian,sebagai berikut:
Mengenal diri sendiri (Knowing oneself). Konselor harus menyadari keunikan dirinya, kelemahan, dan kelebihannya. Untuk mengetahui apakah seorang konselor sudah dapat memahami dirinya sendiri, maka dapat dilihat dari 3 kualitas berikut: merasa aman dengan dirinya sendiri, percaya pada orang lain, dan memiliki keteguhan hati.
Memahami orang lain (understanding others). Konselor harus memiliki keterbukaan hati dan kebebasan dari cara berpikir yang kaku menurut keyakinan pribadinya. Keterbukaan hari berarti konselor tidak mengambil sikap mengadili orang lain, dan peka terhadap pikiran dan perasaan orang lain.
Kemampuan berkomunikasi dengan orang lain (relating to others) . Kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain juga melibatkan hal-hal lain seperti: tulen atau ikhlas, bebas dari kecenderungan untuk menguasai orang lain, mampu mendengarkan dengan baik, mampu menghargai orang lain,dan mampu mengungkapkan perasaan dan pikiran secara verbal dan non verbal.
Hasil diskusi:
Arahan memiliki makna yang hampir sama dengan bimbingan. Arahan lebih berupa pemberian petunjuk dalam melakukan sesuatu atau petunjuk yang langsung memberikan solusi. Sedangkan, bimbingan berupa pemberian arahan, dan juga pemberian nasihat, masukan terhadap suatu hal, sehingga individu yang diberikan bimbingan mampu menentukan pilihan dalam mencapai tujuannya.
daftar pustaka Winkel, W.S. (2010). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi
Layanan pemberian bimbingan bertujuan untuk membekali siswa akan pengetahuan mengenai data dan fakta di bidang pendidikan sekolah, bidang pekerjaan, dan bimbingan perkembangan pribadi-sosial, agar siswa lebih mampu mengatur dan merencanakan kehidupannya sendiri dengan mempelajari lingkungan kehidupannya.
Tipe-tipe informasi, yaitu:
Informasi tentang pendidikan sekolah
Informasi tentang dunia pekerjaan
Informasi tentang proses perkembangan manusia serta pemahaman terhadap sesama manusia.
Bentuk-bentuk dan sumber-sumber bahan informasi, berupa lisan, tertulis, audiovisual, dan disket program komputer.
Berkaitan dengan layanan bimbingan yang ada di Fakultas Psikologi USU, maka layanan bimbingan tersebut bisa dijelaskan dari pandangan Hoppock, yaitu (1)information use,dimana berbagai informasi bisa didapatkan oleh mahasiswa dari berbagai sumber mulai dari mading kampus, yang biasanya berisi informasi mengenai jadwal perkuliahan, jadwal ujian, seminar, lowongan pekerjaan, beasiswa, dan sebagainya, adanya website khusus Fakultas Psikologi (http://fpsi.usu.ac.id), portal (berisi informasi mengenai nilai mahasiswa disetiap semester), dan jejaring sosial (berisi informasi kegiatan-kegiatan psikologi seperti seminar). (2) exploratory use, layanan bimbingan membantu mahasiswa untuk dapat memilih mata kuliah yang akan diambil pada setiap semester. Terkadang mahasiswa dihadapi akan kebingungan ketika menentukan mata kuliah yang diambil untuk setiap semester,terutama mata kuliah pilihan, karena mata kuliah pilihan biasanya lebih mengutamakan ketertarikan mahasiswa. Selain itu, terkadang bagi mahasiswa yang mengalami kegagalan pada satu mata kuliah akan mengalami kebingungan juga, apakah akan melakukan perbaikan nilai terlebih dahulu atau menunda perbaikan di semester-semester selanjutnya. Oleh karena itu, mahasiswa biasanya sangat membutuhkan masukan dan saran dari Dosen Pembimbing Akademik mengenai langkah yang harus diambilnya. (3) assurance use, yaitu memantapkan keputusan yang sedikit banyak sudah diambil. Disini, mahasiswa sudah mampu membuat keputusannya terutama dalam pemilihan mata kuliah, dan biasanya ditandai dengan adanya persetujuan dari dosen PA dengan menandatangani KRS mahasiswa.(4) evaluative use, yaitu mengecek ketelitian dan kesesuaian pengetahuan yang sudah dimiliki. Ketika mahasiswa mendapatkan nilai hasil studi biasanya dosen PA akan memberikan feedback mengenai nilai yang dicapai mahasiswa, apakah gagal atau tidak.
Adapun saran berkaitan dengan Layanan bimbingan di Fakultas Psikologi USU, yaitu:
Mahasiswa biasanya melakukan pertemuan rutin dengan dosen pembimbing akademik pada akhir semester saja, tepatnya ketika proses pengurudan KRS. Sebaiknya, pertemuan dengan dosen pembimbing bisa dilakukan secara berkala, misalnya 2 kali sebulan, yang bertujuan memudahkan mahasiswa untuk berbagi masalah-masalah yang dihadapi mahasiswa kepada dosen, berkaitan dengan kesulitan-kesulitan dalam proses perkuliahan.Selain itu, sebaiknya dosen PA memang dapat berperan untuk membantu siswa dalam memilih mata kuliah ketika memasuki semester baru, karena terkadang beberapa dosen pembimbing menyerahkan sepenuhnya kepada siswa atas pilihannya tanpa adanya masukan dari dosen pembimbing.
saat ini informasi mengenai jurnal-jurnal psikologi yang tentunya sangat mendukung proses pembelajaran masih kurang "up date" sehingga mahasiswa sedikit kesulitan untuk mendapatkan jurnal-jurnal penelitian terbaru.
daftar pustaka Winkel, W.S. (2010). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi
Program bimbingan (guidance program) adalah suatu rangkaian kegiatan bimbingan yang terencana, terorganisasi,dan terkoordinasi selama periode waktu tertentu, misalnya satu tahun ajaran. Suatu program bimbingan dapat disusun berdasarkan suatu kerangka berpikir tertentu, dan pola dasar pelaksanaan bimbingan tertentu.
Pola-pola dasar pelaksanaan bimbingan adalah suatu asas pokok untuk mengatur penyebaran pelayanan bimbingan di sekolah, dengan mempertimbangkan kegiatan-kegiatan bimbingan apa yang akan diadakan dana rangkaian kegiatan itu dilaksanakan oleh siapa serta diberikan kepada siapa. Pola dasar bimbingan lebih bersifat praktis, karena langsung berkaitan dengan penyusunan program bimbingan.
Menurut Edward C. Glanz terdapar 4 pola dasar pelaksanaan bimbingan, yaitu:
Pole generalis, berdasarkan keyakinan bahwa corak pendidikan dalam suatu institusi pendidikan berpengaruh terhadap kualitas serta kuantitas usaha belajar siswa, dan bahwa seluruh staf pendidik dapat menyumbang pada perkembangan kepribadian masing-masing siswa.
Pola spesialis, bahwa pelayanan bimbingan di institusi pendidikan harus ditangani oleh para ahli bimbingan, yang masing-masing berkemampuan khusus dalam cara pelayanan bimbingan tertentu, seperti testing psikologis, bimbingan karier, dan konseling.
Pola kurikuler, bahwa kegiatan bimbingan di institusi pendidikan sebaiknya dimasukkan dalam kurikulum pengajaran dalam bentuk pelajaran khusus, dalam rangka suatu kursus bimbingan.
Pola relasi-relasi manusia dan kesehatan mental, bahwa orang akan hidup lebih bahagia bila dapat menjaga kesehatan mentalnya dan membina hubungan baik dengan orang lain.
Bentuk bimbingan mengacu kepada jumlah orang yang diberi pelayanan bimbingan, dimana terbagi atas:
bimbingan individual, yaitu pelayanan bimbingan yang ditujukan kepada satu orang, biasanya dalam bentuk konseling
bimbingan kelompok, yaitu pelayanan bimbingan yang ditujukan kepada dua orang atau lebih, biasanya dilakukan dalam bentuk kelompok diskusi.
Sifat bimbingan mengacu kepada tujuan yang ingin dicapai dalam pelayanan bimbingan. Ada 3 sifat bimbinga, yaitu:
bimbingan perseveratif (bimbingan perkembangan), yaitu bimbingan yang bertujuan untuk mendampingi siswa dan mahasiswa agar perkembangannya berlangsung optimal. Misalnya, membantu siswa remaja dalam mengambil suatu sikap terhadap orangtuanya.
bimbingan preventif (bimbingan pencegahan), yaitu bimbingan yang bertujuan untuk membekali siswa dan mahasiswa agar lebih siap menghadapi tantangan-tantangan di masa depan dan mencegah timbulnya masalah yang serius dikemudian hari. Misalnya memberi informasi kepada siswa SMA kelas I tentang tujuan dan program studi IPA,IPS, dan Bahasa, dan memberitahukan hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan program studi.
bimbingan korektif (bimbingan penyembuhan), yaitu bimbingan yang bertujuan untuk membantu siswa dan mahasiswa dalam mengoreksi perkembangan yang mengalami salah jalur. Kelanjutan dari bimbingan ini adalah bimbingan pemeliharaan. Misalnya, membantu siswa SMA kelas 3 yang tidak lulus ujian karena salah dalam memilih program studi yang tidak sesuai dengan minat dan kemampuannya, sehingga siswa dibimbing untuk dapat memilih program studi yang lebih baik.
Ragam bimbingan, mengacu kepada bidang kehidupan tertentu atau aspek perkembangan tertentu yang menjadi fokus perhatian dalam pelayanan bimbingan. Ada 3 ragam bimbinga, yaitu:
bimbingan karier, yaitu bimbingan dalam mempersiapkan diri menghadapi dunia pekerjaan, memilih lapangan pekerjaan atau jabatan tertentu serta membekali diri supaya siap memegang jabatan tersebut, dan dalam menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan dari lapangan pekerjaan yang dimasuki.
bimbingan akademik, yaitu bimbingan dalam hal menemukan cara belajar yang tepat, dalam memilih program studi yang sesuai, dan dalam mengatasi kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan-tuntuan belajar di suatu institusi pendidikan.
bimbingan pribadi-sosial, yaitu bimbingan dalam menghadapi keadaan batin sendiri dan mengatasi berbagai pergumulan dalam batinnya sendiri, dalam mengatur diri sendiri di bidang kerohanian, perawatan jasmani, pemanfaatan waktu luang, penyaluran nafsu seksual, dan sebagainya, serta bimbingan dalam membina hubungan kemanusiaan dengan sesama di berbagai lingkungan (pergaulan sosial).
Hasil diskusi:
Pola dasar bimbingan yang dipegang di sekolah dasar adalah pola generalis, dimana pola generalis berasaskan keyakinan bahwa corak pendidikan dalam suatu institusi pendidikan berpengaruh terhadap kualitas serta kuantitas usaha belajar siswa dan seluruh staf pendidik dapat menyumbang pada perkembangan kepribadian masing-masing siswa. Nah, pola ini melibatkan banyak tenaga pendidik. Walaupun, pola dasar bimbingan di Sekolah Dasar berupa pola generalis, namun tersedia juga satu atau dua orang tenaga professional di dalam bimbingan yang dikenal juga dengan pola spesialis, dimana pola spesialis berasaskan keyakinan bahwa pelayanan bimbingan di institusi pendidikan harus ditangani oleh para ahli bimbingan , yang masing-masing berkemampuan khusus dalam cara pelayanan bimbingan tertentu. Contohnya untuk anak-anak yang mengalami hambatan dalam berkomunikasi secara verbal maka akan di tangani oleh psikolog anak (psikolog sekolah) yang menjadi tenaga spesialis, dimana tenaga bimbingan tersebut memberikan pelayanan khusus kepada siswa. Orang ini bukan staf sekolah melainkan tenaga yang mendatangi sekolah dan menangani kasus-kasus yang tidak dapat di tangani oleh staf sekolah sendiri.
Sifat remedial adalah sifat bimbingan yang mengarahkan siswa agar berfungsi pada tingkat kemampuannya sendiri. Contohnya, siswa yang terlalu cemas dalam menghadapi suatu situasi (situasi ujian) dianggap perlu mendapatkan bantuan untuk membuatnya mampu dalam menghadapi situasi – situasi yang ada di sekolah, tepatnya selama masa pendidikan. Tujuan sifat remedial ini berkaitan dalam menghilangkan sifat – sifat negatif pada diri siswa.
daftar pustaka Winkel, W.S. (2010). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi
Organisasi Bimbingan merupakan pengaturan dan penyusunan bagian-bagian (jajaran tenaga bimbingan dan seluruh kegiatan bimbingan) sehingga menjadi kesatuan yang berstruktur sebagai unit kerja.
Administrasi bimbingan merupakan usaha pengendalian kerja sama antara tenaga bimbingan dan pengendalian serta pengarahan dari semua kegiatan bimbingan sehingga unit kerja terarah pada tujuan-tujuan yang telah disepakati dan sesuai dengan struktur yang berlaku.
Koordinator bimbingan merupakan penanggung jawab utama untuk pelayanan bimbingan, yang bertugas untuk mengatur kerja masa di antara tenaga bimbingan dan mengarahkan semua kegiatan bimbingan. Koordinator bimbingan memiliki wewenang untuk mengatur secara rinci tugas-tugas yang diberikan kepada unsur personil bimbingan, dimana pembagian tugas sangat tergantung kepada pola dasar pelaksanaan bimbingan, taraf keahlian tenaga bimbingan, dan jenis spesialisasi yang dimiliki oleh tenaga bimbingan.
daftar pustaka Winkel, W.S. (2010). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi
Bimbingan dan konseling berasal dari dua kata yaitu bimbingan dan konseling. Bimbingan (Guidance) mengandung berbagai makna. Menurut Shertzer dan Stone (1976,1981), bimbingan merupakan suatu proses untuk membantu individu agar memahami dirinya dan dunianya. Sedangkan, Winkel (2006) mendefinisikan bimbingan sebagai (1) suatu usaha untuk melengkapi individu dengan pengetahuan, pengalaman, dan informasi tentang dirinya sendiri; (2) suatu cara untuk memberikan bantuan kepada individu untuk memahami dan mempergunakan segala kesempatan yang dimiliki secara efektif dan efisien untuk perkembangan pribadinya; (3) sejenis pelayanan kepada individu-individu, agar dapat menentukan pilihan, menetapkan tujuan dengan tepat dan menyusun rencana yang realistis, sehingga dapat menyesuaikan diri dengan memuaskan di dalam lingkungan dimana mereka hidup; (4) suatu proses memberikan bantuan kepada individu dalam hal: memahami diri sendiri; menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri dengan lingkunga; memilih, menentukan dan menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya sendiri dan tuntutan lingkungan.
Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa pada prinsipnya bimbingan merupakan suatu proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa individu dalam hal memahami diri sendiri, menghubungkan pemahaman dirinya dengan lingkunga, memilih, menentukan, dan menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya dan tuntutan lingkungan sesuai dengan norma-norma yang berlaku.
Konseling (counseling)merupakan serangkaian kegiatan paling pokok dari bimbingan dalam usaha membantu klien/konseli secara tatap muka, dengan tujuan agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus.
Beberapa bidang permasalahan yang memerlukan bimbingan di sekolah dan perguruan tinggi, yaitu:
Belajar, misalnya kurangnya motivasi belajar, cara belajar yang tidak tepat, taraf prestasi belajar yang kurang mantap, dan sebagainya.
Keluarga, misalnya suasana dirumah kurang memuaskan, interaksi antara seluruh anggota keluarga kurang akrab, kurangnya perhatian orangtua terhadap belajar siswa di sekolah, dan sebagainya.
Pengisian waktu luang, misalnya tidak memiliki hobi, tidak mengetahui cara mengisi waktu luang dengan kegiatan bermanfaat, dan sebagainya.
Pergaulan dengan teman sebaya, misalnya sukar menghindari pengaruh jelek dari teman-teman tertentu, bermusuhan dengan teman tertentu, dan sebagainya.
Pergulatan dalam diri sendiri, misalnya adanya perasaan minder, rasa gelisah dan prihatin terhadap masa depan, kebingungan mengenai nilai-nilai moral yang harus berlaku di zaman ini, dan sebagainya.
Semua lembaga pendidikan sekolah berpedoman kepada tujuan pendidikan nasional bangsa dan usaha dasar pembangunan nasional. Terdapat 3 bidang dalam pendidikan sekolah yang menopang tujuan institusional, bertujuan untuk mengoptimalkan perkembangan siswa,yaitu:
Bidang administrasi dan supervisi , berfungsi untuk mengarahkan semua kegiatan sekolah supaya tujuan institusional dapat dicapai dengan seefisien mungkin, dan mencakup segala usaha untuk mendayagunakan semua sumber, baik personil maupun material, yang menunjang tercapainya tujuan pendidikan.
Bidang pengajaran, berfungsi untuk membekali siswa dengan pemahaman dan pengetahuan, nilai dan sikap, serta keterampilan yang dirancang dalam kurikulum pengajaran, baik melalui kegiatan kurikuler maupun kokurikuler. Bidang ini termasuk bidang inti di sekolah karena pendidikan sekolah terutama dilaksanakan lewat bidang pengajaran.
Bidang pembinaan siswa, berfungsi untuk memberikan pelayanan kepada siswa dalam hal-hal yang tidak ditangani dalam rangka program pengajaran, namun diperlukan siswa untuk membulatkan pendidikan yang mereka terima selama waktu bersekolah atau untuk menjamin kesejahteraan siswa dalam unsur kesehatan jasmani, mental, dan perkembangan kehidupan rohani.
Hasil diskusi:
Bimbingan di sekolah lebih mengacu kepada masalah-masalah yang dihadapi siswa, baik itu masalah dalam hal proses pembelajaran maupun dalam hal pertemanan.
Sedangkan, bimbingan di luar sekolah berfokus kepada masalah-masalah yang lebih umum dimana yang membutuhkan bimbingan tersebut adalah masyarakat, misalnya bimbingan mengenai bahaya penggunaan narkoba, bahaya melakukan seks bebas, dimana bimbingan tersebut diperuntukkan bagi remaja.